Diposkan pada Baek Hyun, Chan Yeol, Chapter, Comedy, Lu Han, nanairu, Romance

MY MR. EGOIST [PROLOG]

my mregoist4

Author : Nana

Genre : Romance, Comedy

Range: NC

Cast :

Joo Jin Hyun (OC)

Byun Baekhyun (EXO-K)

Park Chanyeol (EXO-K)

Song Joongki

Xi Luhan (EXO-M)

Disclaimer: All the casts are from God except the OC is my imagination and the storyline too.

“Mianhae, lebih baik kita putus.”

Suasana di taman itu hening seketika. Angin berhembus dengan dinginnya, menembus permukaan kulit yeoja itu. Pemikirannya kini kosong. Apa yang didengarnya ini nyata? Dia berharap pendengarannya tidak berfungsi saat ini. Yeoja itu hanya mematung. Shock. Melihat itu, namja di hadapannya membungkukkan badan untuk mengecek keadaan yeoja yang beberapa saat lalu adalah yeojachinggunya.

Sedetik kemudian, yeoja itu mengerjap-erjapkan matanya, berusaha untuk kembali pada indera dan kesadarannya saat ini. Dia menengadah dan menatap namja di hadapannya.

“Wae?” tanya yeoja itu.

Namja itu berdeham dan berkata, “Hmm…kau tahu…aku pikir…kita tidak cocok.”

Yeoja itu menatapnya dengan penuh arti. Alisnya bertaut, mempertanyakan sesuatu.

“Ini bukan salahmu. Hanya saja aku merasa kita tidak cocok, Jinhyun-ah. Kau tahu, kita sangat sibuk dengan tugas-tugas kita dan jarang berkomunikasi. Kalaupun kita bertemu, yang ada kita hanya bertengkar.”

“Ta-tapi…kau memutuskan ini secara…sepihak…,” kata Jinhyun lemah. Tenaganya hilang saat ini. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

“Jinhyun-ah. Bukan mauku juga begini. Aku sudah memikirkannya matang-matang. Aku juga berat mengatakan hal ini,” kata namja itu sambil memegang pundak Jinhyun. “Aku yakin, kau pasti bisa menemukan namja yang lebih baik dariku.”

Kemudian namja itu berjalan pergi meninggalkan Jinhyun sendirian. Air mata yang sedari tadi ditahannya mengalir. Ini terlalu mendadak, pikirnya. Kenangan-kenangan indah selama mereka berpacaran kini berputar di benak Jinhyun. Yeoja itu kini menangis sejadi-jadinya.

“Xi Luhan…kenapa…kau begini padaku?,” isak Jinhyun.

Beberapa saat kemudian dia teringat akan sesuatu dan menghapus air matanya. “Andwe. Aku masih ada tugas yang harus dikerjakan. Deadlinenya sebentar lagi. Jangan sampai tidak selesai gara-gara ini.”

~~~

 

Sinar mentari menyinari jalanan kota Seoul yang ramai kala sore itu. Suatu suasana yang cocok untuk menyeruput secangkir teh di pinggir coffee shop sambil melihat pemandangan kota yang indah atau meminum bubble tea sambil bergosip dengan teman di pinggir jalan. Namun hal itu tak dirasakan oleh seorang yeoja. Sedari tadi dia berjalan dengan lesu seperti nyawanya tak bersisa lagi. Bukan karena kejadian di kampus tadi yang membuatnya seperti itu, tetapi juga karena bertumpuknya tugas yang diberikan dosen. Dia menoleh melihat sekumpulan murid yang sedang meminum bubble tea sambil duduk di coffee shop outdoor. Dahaga mulai menyerangnya. Dengan susah payah dia menelan air ludah.

Haruskah aku membelinya? tanyanya dalam hati. Sedetik kemudian yeoja itu menggeleng. Andwe! Ingat uang bulananmu, Jinhyun!

Tanpa disadarinya, seseorang memperhatikannya sedari tadi dari dalam mobil KIA hitam, melihat gerak gerik yeoja itu. Jinhyun kemudian berjalan dan berhenti di pinggir trotoar, menunggu lampu pejalan kaki menyala. Pikirannya kembali pada tugas kuliahnya tadi.

Malam ini begadang lagi, pikirnya. Untuk kesekian kalinya yeoja itu menghela napas. Tugas kuliahnya hanya 1 dan sangat sederhana. Tapi tugas itu sangat menguras otak, waktu, dan tenaga. Tiba-tiba perutnya berbunyi. Yeoja itu menunduk, memandang letak perutnya berada.

Lapar lagi, katanya dalam hati. Tengah malam nanti harus makan apa? Mana uang bulanan sudah menipis lagi. Satu lagi poin yang harus ditambahkan, tugas itu menguras uangnya juga. Bayangkan ketika anda harus begadang semalaman tanpa makan. Rasa lapar bisa menyerang kapan saja ketika sedang asik-asiknya mengerjakan tugas. Dan jika anda terus mengabaikannya, rasa lapar itu akan mulai menyerang saraf dan seluruh otot tubuh anda, sehingga anda tidak bisa berpikir dan mengerjakan tugas. Terpaksa anda harus ke supermarket atau rumah makan yang buka 24 jam dan hal itu menguras tenaga, waktu, dan uang.

Yeoja itu terus berjalan hingga sampai ke apartemennya. Yah gak bisa dibilang apartemen mewah. Hanya apartemen sederhana yang seperti rumah susun. Setidaknya dia bersyukur dia masih bisa tinggal di sana.

“Jinhyun-ah!” panggil seseorang dari belakang.

Jinhyun segera bergidik. Dia tahu suara siapa itu. Pemilik apartemen, katanya dalam hati. Dengan perlahan dia membalikkan badannya dengan senyum yang dibuat-buat.

“Ada apa, ahjumma?”

“Ada apanya kepalamu! Kau pasti tahu aku datang ke sini untuk apa!”

Dengan segera Jinhyun melipat tangannya, memohon pada ahjumma itu. “Choeseungheyo, minggu depan akan kubayar. Bersabarlah, ahjumma. Uang bulananku sudah menipis.”

“Minggu depan! Minggu depan! Minggu lalu kau bilang minggu depan! 1 bulan yang lalu juga kau bilang minggu depan! Aku tak mau tahu! Cepat bayar uang sewa yang belum kau bayar selama 3 bulan! Sekarang!”

“Ahjumma, beri aku kesempatan sekali lagi! Kali ini akan kubayar minggu depan. Aku janji.”

“Gak! Bayar sekarang!!!”

“Ah…ahjumma~ Aku baru diputusin tadi. Masa sekarang ahjumma minta tagihan? Aku benar-benar stress sekarang. Uangku sudah menipis, tugas kuliahku juga menumpuk. Kalau gini terus, bisa-bisa aku bunuh diri. Ahjumma mau aku bunuh diri di apartemen ini? Nanti apartemen ini berhantu, gimana? Ntar gak ada yang mau sewa kamar di apartemen ahjumma lho.”

Ahjumma itu hanya berdeham sambil menimbang-nimbang perkataan Jinhyun. “Baiklah. Tapi minggu depan kau harus bayar ya! Kalau tidak, kau langsung angkat kaki dari sini!”

“De! Aku janji akan membayarnya! Ahjumma hati-hati ya,” kata Jinhyun sambil melambai ketika bibi pemilik apartemen itu telah berjalan pergi,

Kemudian Jinhyun membungkuk dan mengambil kunci yang disembunyikannya di bawah keset. Sedetik kemudian, pintu kamar apartemennya terbuka. Dirinya begitu bingung ketika melihat lampu apartemennya menyala.

Seharusnya tidak ada orang. Tapi kenapa bisa? tanyanya dalam hati.

Dengan perlahan dia melepaskan sepatunya dan melangkah masuk. Tabung yang sedari tadi menggantung di punggungnya kini dipegangnya. Dirinya sudah siap kalau-kalau ada pencuri yang masuk. Kini kakinya melangkah masuk ke ruang tamu sekaligus ruang makannya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat orang-orang yang sedang duduk mengelilingi meja pendek di ruangan itu.

“Omma! Appa!” seru Jinhyun sambil menurunkan tabungnya. Dengan segera dia langsung memeluk kedua orang tuanya.

“Bagaimana kalian bisa datang? Kenapa tak memberitahuku dulu?” tanya Jinhyun.

“Noona! Kau tak berubah. Tetap kurus seperti biasanya,” kata seorang namja yang duduk tidak jauh dari mereka.

Jinhyun menoleh dan melihat adik laki-lakinya. “Jinsoo-ah! Lama tak lihat kau! Kau sudah besar sekarang! Dulu kau masih sependek ini kayak kuntet,” kata Jinhyun sambil memperagakan tinggi badan adiknya.

“Geureom! Aku kan namja! Tak kayak noona, pendek terus.”

“Aissh!” Jinhyun mengacak-acak rambut dongsaengnya.

“Ah! Apho!”

Kedua orang tua Jinhyun tertawa melihat tingkah laku kedua anak mereka.

“Sudah! Kakakmu capek karena baru pulang kuliah. Jinhyun-ah, mokgo,” kata Mrs.Joo yang merupakan omma Jinhyun sambil menyodorkan sepiring ddukbokki.

“Wah! Ddukbokki!” seru Jinhyun terkesiap. Dengan segera dia mengambil sumpit dan melahapnya.

“Enak?” tanya Mrs.Joo.

“Mmm…Mashitta!” jawab Jinhyun sambil mengangguk kecil dan terus menyantap salah satu makanan kesukaannya itu. “Tapi…kenapa omma dan appa tiba-tiba datang? Ada apa?”

Keadaan di ruangan itu langsung hening. Mr.Joo dan Mrs.Joo saling bertatapan. Mereka saling berbicara tanpa suara. Kemudian Mrs.Joo menyikut suaminya, mengisyaratkannya untuk segera bersuara. Sedangkan Jinsoo hanya menggeleng melihat sikap kedua orang tuanya.

“Noona takkan mau,” kata Jinsoo.

“Ne? Tak mau apa?” tanya Jinhyun.

Jinsoo hanya diam sambil menatap malas kedua orang tuanya.

Mr.Joo berdeham untuk membersihkan tenggorokannya, bersiap-siap untuk mengatakan sesuatu. “Begini…” Dia memandang istrinya yang terus mengucapkan “Palli!” tanpa bersuara.

“Apa kau tak susah hidup begini?” tanya Mr.Joo.

“Susah? Maksudnya?”

“Maksud appa…” Mr.Joo diam sejenak untuk mencari kata-kata yang tepat. “Hidup kekurangan seperti ini. Setiap hari harus makan kimchi terus, jarang sekali makan daging. Uang bulanan yang appa kirim juga tak cukup untuk kehidupan sehari-harimu. Belum lagi keluarga kita banyak hutang dimana-mana. Apa kau tak capek?”

“Appa ingin aku berhenti kuliah?”

“Andwe!” seru Mrs.Joo. “Kau harus melanjutkan kuliahmu. Kau satu-satunya harapan di keluarga kita. Sepanjang sejarah silsilah keluarga kita tidak ada satupun yang menjadi orang besar. Kau lihat, keluarga appamu hanya buruh dan petani di Busan. Omma sangat bersyukur bisa melahirkan putri yang pintar. Bahkan omma masih ingat betapa bahagianya omma ketika mendengar kau berhasil lolos tes di Seoul University. Jurusan arsitektur lagi!”

“Dan mendapatkan beasiswa penuh,” kata Jinsoo menambahkan.

“Geurae,” kata Mrs.Joo menyetujui.

“Jadi appa dan omma ingin aku ngapain? Sebenarnya apa yang mau kalian katakan?”

“Appa dan omma pikir….” Mr.Joo diam sejenak. “untuk…menikahkanmu.”

“Mwo?!”

“Gini, Jinhyun-ah. Daripada kau terus-terusan hidup susah begini, kami pikir lebih baik menikahkanmu dengan seseorang yang mapan. Jadi kau tak perlu kuatir akan biaya hidup sehari-hari. Kau hanya perlu fokus pada kuliahmu saja,” kata Mrs.Joo.

“Mwo?! Omma micheoso?! Gyoron?! Di umur segini?! Aku masih 20 tahun, omma!”

“De, omma arrasseo. Untuk sekarang, kau hanya perlu tunangan. Setelah kau selesai kuliah, baru menikah. Keluarga mempelai pria juga sudah setuju.”

“Mworago?! Appa dan omma sudah merencanakan ini?! Tanpa persetujuanku?! Shireo!”

“Jinhyun-ah, omma yakin kau pasti akan menyukainya. Dia anak seorang konglomerat dan sangat tampan.”

“Shireo! Shireo! Dan lagi, darimana keluarga kita bisa kenal keluarga konglomerat?!”

“Begini…waktu appa lagi antar ikan-ikan untuk dijual ke pasar, seorang kontraktor datang. Kau masih ingat kan yang omma cerita pasar tempat appa dan omma jualan akan direnovasi? Kontraktor itu datang bersama istrinya. Waktu lihat-lihat, secara tak sengaja cincin yang dipakai istrinya lepas. Dan apa kau tahu, cincinnya itu berlian asli! Berlian asli, Jinhyun-ah! Oh, pertama kalinya omma memegang berlian.”

“De…Terus bagaimana bisa kontraktor itu mau menikahkan anaknya denganku?”

“Kami kembalikan cincin itu ke pemiliknya. Awalnya dia ingin memberi kami uang, tapi omma dan appa tidak mau.”

“Apanya yang tidak mau? Waktu itu kau hampir menerimanya. Bahkan cincin itupun tak mau kau kembalikan. Kalau bukan karena aku, kita takkan seberuntung ini,” kata Mr.Joo.

“Ck! Apa kau tak bisa diam?!” seru Mrs.Joo pada suaminya. “Kemudian kontraktor dan istrinya itu mengajak kami makan siang dan berbincang-bincang. Lalu kami menceritakan tentang kau. Sepertinya mereka itu tertarik padamu dan meminta kami untuk menikahkanmu dengan anak mereka. Mereka bilang sebagai rasa terima kasih.”

Jinhyun memandang kedua orang tuanya tidak percaya. “Omma menjualku?”

“Bukan menjual, Jinhyun-ah. Omma dan appa hanya ingin hidupmu lebih baik. Omma juga sudah melihat fotonya. Dia benar-benar tampan, Jinhyun-ah.”

“Shireo!” teriak Jinhyun sambil meletakkan sumpit yang dipegangnya dengan kasar dan berdiri. “Itu sama saja dengan menjualku! Pokoknya aku tak mau!”

Jinhyun berjalan masuk ke kamarnya dan membanting pintu kamar dengan keras.

“Jinhyun-ah, dengarkan dulu!”

“Sudah kubilang kan noona pasti tak mau,” kata Jinsoo santai.

Jinhyun terduduk. Bagaimana bisa orang tuanya menikahkannya dengan seseorang yang tidak dia kenal? Demi uang lagi! Dia sudah hidup bahagia seperti ini. Tanpa disadarinya, air matanya mengalir. Hari ini benar-benar sial baginya!! Sudah diputuskan oleh namja chinggunya, sekarang dia dinikahkan secara paksa oleh orang tuanya.

“Luhan…,” bisik Jinhyun dari sela-sela isak tangisnya. Dia teringat akan namja itu. Seorang namja yang hanya memberikan kehangatan baginya dan sekarang dia tidak bisa merasakan itu. Tidak ada yang bisa memberinya ketenangan ketika hal seperti ini terjadi. Kali ini dia sendirian dan terpaksa menikah dengan seorang konglomerat. Konglomerat? Pasti anaknya jelek banget! Shireo!!! teriak Jinhyun dalam hati.

~~~

 

Malam semakin larut. Mrs.Joo sedang mencuci peralatan di dapur kecil apartemen putrinya tinggal. Dia tahu suami dan anak-anaknya sudah tidur. Sebagai seorang ibu, dia memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sudah semestinya, membereskan segala sesuatunya. Setelah selesai, dia berjalan masuk ke kamar. Dilihatnya suami dan anak-anaknya yang tidu dengan nyenyak. Sebuah senyuman terlukis ketika pandangan matanya berhenti pada putri semata wayangnya. Dia berjalan dan membaringkan tubuh di samping putrinya. Dengan penuh kasih saying dia memeluk Jinhyun yang tidur membelakanginya.

Tanpa disadarinya, Jinhyun membuka mata. Dia tidak bisa tidur karena hal-hal yang dialaminya seharian ini.

“Jinhyun-ah, omma hanya ingin kau bahagia,” bisik Mrs.Joo sebelum akhirnya dia tertidur.

Jinhyun yang mendengar itu tersenyum lirih. Dia mencengkeram erat selimutnya. Pikirannya campur aduk.

Omma, apakah aku harus menikah? tanyanya dalam hati.

 

 

…TBC…

Penulis:

I'm 92liner and just an ordinary girl.

32 tanggapan untuk “MY MR. EGOIST [PROLOG]

  1. Omg,, ini postingan prtma thun 2013,?,, jinjja?? 😂😂😂
    Lalu dipasangin baekhyun gitu? Aahh kyeopta,,

  2. Annyeong thor~
    aku reader baru ..
    FF nya bagus thor~
    hanya saja bahasa yang di gunakan kurang pas ..
    hehehe ..
    Lanjut~

  3. Annyeong … Wei ni imnida .. Salam kenal ya ..

    Ommo kasihan jinhyun .. Udah di putusin luhan .. Hanya karena Ga cocok .. Uang bulanan menipis … Sewa rumah 3 bln ßèLº°˚˚°ºM.di bayar … Lagi .. (˘_˘)čĸ! (˘_˘)čĸ! (˘_˘)čĸ! Begitu pulang. .. Ortu nya. Malah jodohin dia sama anak orkay .. .. Yg Ga tau ky apa… Kasihan …

    Ehhh itu siapa yg diam2 memperhatika jinhyun dr Mobil KIA hitam ( benar ? ) …

    Penasaran seperti apa sih calon suami nya .. ? Trus yg ngikutin itu jgn2 dr keluarga konglomerat itu ..

    Nexxt

Your Comment Please