Diposkan pada D.O, Drama, Fanfiction, kanemin, Marriage Life, Romance

Truly, I Love You (chapter 4)

req-truly-i-love-you3

Title : Truly, I love You

Author : Kanemin

Main cast : Do Kyung Soo (D.O), Sakura (OC)

Support Cast : Exo-K member, Chen (Exo-M), EunYeol

Length : chapter

Genre : Romance, Married Life

Poster by : http://seoexoartfanfic.wordpress.com/ (Keyungi Art)

Disclaimer: semua cast sesungguhnya adalah milik Tuhan, saya hanya sebatas meminjam J

Sorry for the typo, haha saya hanya manusia biasa yang terkadang banyak salah. Enjoy everyone.

-chapter 4-

 

“ada hal-hal yang terkadang tidak perlu di ungkap, Karena hanya perlu di tanggapi secara sederhana.”

-0-

Sakura melihat takut-takut D.O yang duduk di depannya. Mereka sedang menikmati makan malam seperti biasa, Eunyeol sudah pamit pulang sejam yang lalu.

Sejak bertemu di tangga tadi saat akan turun untuk makan, sakura sudah memiliki perasaan tidak enak melihat wajah D.O yang masam. Padahal baru beberapa hari belakangan ini hubungan mereka berdua berada di titik yang sedikit mengalami kemajuan.

“kyungsoo….” Panggil sakura, dia mulai tidak tahan dengan suasana kaku yang tercipta di antara mereka berdua. D.O berpura-pura tidak mendengar, sibuk menyumpit makanan yang tersaji di meja. “kau marah padaku ya?”

Hening. Masih tidak ada jawaban.

Sakura mengigit sumpitnya, bingung. “bicaralah. Kumohon.” Pintanya.

D.O menatapnya sekilas. Kemudian kembali menikmati makanannya.

“arasseo. Arasseo. Kau marah, baiklah. Mianhaeyo. Tapi aku sudah menyuruh eunyeol untuk tidak mengatakan pada siapapun tentang aku dan kau, dia kan satu-satu temanku. Aku mempercayainya.”

D.O meletakkan sumpitnya, mengelap mulutnya. “bisakah kau menunggu sampai aku selesai makan baru kau bicara?” D.O meminum airnya dan bangkit. Sejujurnya dia memang paling tidak suka diajak bicara ketika makan. Dan selama ini sakura sangat gemar melakukan hal itu.

“jadi kau tidak marah?” tiba-tiba sakura sudah ada di sampingnya saat akan menaiki tangga. D.O tidak menjawab. Malas. “diammu ku anggap jawaban ‘iya’ kyungsoo. Baiklah.” Sakura tidak meneruskan menaiki tangga. Dia belum menyelesaikan makannya. Sakura menatap punggung D.O yang sudah berada di lantai dua. “dasar patung es!” celanya, tapi kemudian dia tersenyum.

-0-

“chen ini sakura, sakura ini chen.”

Sakura memperhatikan laki-laki dengan senyum yang cerah itu, postur tubuh yang kecil dan tatapan yang bening namun tegas. Dia mengulurkan tangannya. “sakura.” Ucapnya.

Chen membalas uluran tangan gadis berambut cokelat dengan mata besar di hadapannya. “chen.” Katanya.

“dia baru pindah kemarin ke rumah di sebelahku, dan begitu kulihat seragamnya ternyata dia sekolah disini juga. Tapi kau sudah tingkat dua ya?” Tanya eunyeol seraya memakan sandwichnya. Mereka sedang menikmati makan siang di kantin, sedang malas berpanas-panasan di pinggir lapangan baseball seperti biasanya.

Chen mengangguk. “tapi aku memang lebih sering sendiri, memotret. Makanya kau sebelumnya mungkin tidak pernah melihatku.”

Sakura mengangguk-angguk mengerti. Dia baru kembali masuk sekolah dan eunyeol sudah memperkenalkannya pada orang baru ini. Dia suka teman barunya ini, senyumannya begitu cerah. Dan poin penting lainnya, lihat apa yang chen gantungkan di lehernya. Sama seperti yang senantiasa menemaninya, sebuah kamera hitam dengan lensa panjang. “apa yang suka kau potret?”

“semua hal, semua yang indah.” Kata chen, suaranya ringan menenangkan. Dan dia selalu tersenyum setelah berbicara, itu fakta pertama yang sakura perhatikan.

Sakura seperti bercermin begitu melihat sosok chen, dia juga akan memilih untuk sendiri kalau saja eunyeol tidak menyapanya duluan waktu itu. Tidak banyak orang yang suka berlama-lama memperhatikan suatu objek, berdiam, menahan nafas, dan memutar lensa begitu seksama hanya demi sebuah gambar yang mungkin hanya di bisa di mengerti olehnya. Tidak banyak orang juga yang akan mengerti perasaan bahagianya ketika seekor kupu-kupu cantik berhasil terabadikan setelah berjam-jam di perhatikan.

“sore nanti, apa kalian ada waktu? Ayo kita menonton pertandingan baseball.”

Sakura langsung memekik senang, “joha. Aku bisa.”

Eunyeol menatap chen, menunggu jawaban. “akan kuusahakan.” Timpalnya. Chen tidak suka olahraga, tidak terlalu. Baginya dunia di sekelilingnya hanya ada dua, sekolah dan kamera. Lebih dari itu, hanya sebatas ilusi. Sebelum dia mengenal gadis bermata besar bernama sakura. Ada aura yang begitu kuat terpancar dari gadis itu. dimatanya, sakura terlihat berbeda. Mungkin sakura dan eunyeol akan jadi gadis pertama yang menjadi temannya, baru mungkin. Chen juga tidak yakin.

-0-

Sakura sibuk mengelap lensa kameranya dengan seksama. Eunyeol sudah menggenggam beberapa snack yang akan dia nikmati selama pertandingan berlangsung. Sore ini pertandingan melawan tim baseball sekolah dari busan itu akan diadakan, dan seperti biasa sekolahnya lah yang akan jadi tuan rumah. Riuh rendah suara penonton yang juga pendukung sudah memenuhi sisi lapangan. “berisik sekali. Gadis-gadis itu.” komentar sakura, dia masih sibuk dengan kameranya. Namun dia merasa sedikit terganggu dengan teriakan-teriakan gadis-gadis yang berdiri tidak jauh darinya, mereka meneriakkan sehun, kai, baekhyun, chanyeol, dan kalau tidak salah banyak juga yang meneriakkan D.O. Kyungsoo? Kurasa aku salah dengar. Pikirnya.

“ingat yang kukatakan kalau gadis-gadis disini tahu kau sudah menikah dengan D.O sunbae maka kau tidak akan selamat?”

Sakura menoleh, dan mengangguk. “ya karena ini, dia itu beserta teman-temannya bintang baseball. Mereka hebat, berbakat, sekaligus tampan. Kau akan segera di musnahkan kalau mereka tahu salah satu oppa pujaan mereka ternyata sudah menikah dengan gadis yang bahkan baru menginjakkan kaki di korea satu bulan yang lalu.”

Sakura menghela nafasnya, “berlebihan sekali. Aku tak mengerti. Lagipula, siapa yang mau pamer kalau aku dan kyungsoo sudah menikah-” sakura diam sebentar, lucu sekali mendengar kata pernikahan. “lagipula Sebelum aku dimusnahkan oleh gadis-gadis itu, aku akan lebih dulu di telan olehnya. Asal kau tahu, dia itu seperti serigala. Diam, dingin, dan menakutkan.” Lanjutnya. Sakura melebih-lebihkan ceritanya dengan berpura-pura bergidik ngeri, dan eunyeol malah menilainya sangat konyol.

Pertandingan di mulai, teriakan semakin berlebihan menggema. Sakura bahkan menggosok-gosok telinganya yang sedikit sakit. Dilihatnya D.O tengah bersiap dengan tongkatnya, dia pemukul pertama. Kostum baseball berwarna putih yang dipakainya terlihat sangat cocok dengannya, serta baseball cap yang membantunya menghindari panas matahari entah kenapa membuat sakura menyunggingkan senyuman. Kyungsoo tampan, pujinya dalam hati. Dia tidak mengerti kenapa dia tersenyum, yang jelas dia begitu senang karena sudah mendapat objek yang pas untuk di foto sore itu. sakura memutar lensa kameranya, menahan nafas sebentar, dan ‘jepret’ begitu D.O berhasil melayangkan tongkatnya dan bola sudah melambung jauh, sakura mengabadikan senyuman terindah yang pernah di lihatnya. D.O tersenyum, sakura tidak percaya itu.

Dia melihat hasil jepretannya. Dan benar, itu senyuman paling indah yang pernah sakura lihat. Senyuman yang disunggingkan laki-laki yang dingin bagai gunung es dan yang diam bagai batu.

Chen sudah bergabung, sedikit terlambat karena ketika dia datang beberapa menit lagi pertandingan akan selesai. Sejak kedatangannya, dia terus memperhatikan sakura yang begitu menikmati pertandingan. Bukan pertandingannya mungkin, tapi orang dalam pertandingan. Dia fotografer juga dan dia tahu objek foto sakura sejak tadi hanya satu, laki-laki yang sedang berlari cepat sekali di lapangan dan sudah beberapa kali mencetak home run itu. Do KyungSoo kalau tidak salah namanya, chen tidak terlalu mengenalnya, hanya beberapa kali sempat mendengar beberapa orang membicarakan kehebatannya. “kau menyukainya ya?” Tanya chen langsung. Dia tidak pernah dekat atau berteman dengan siapapun. Dia juga tidak pernah punya keinginan untuk tahu lebih jauh mengenai pribadi seseorang. Namun, gadis yang baru di kenalnya tadi pagi itu berhasil membuatnya penasaran. Entahlah, baginya sakura terlihat berbeda, gadis ini memiliki cahayanya sendiri yang begitu bersinar.

“siapa?”

“yang baru saja mencetak home run itu.”

“oh kyungsoo? Ani.”

“Kyungsoo? Kukira panggilannya D.O”

“tapi aku lebih suka memanggilnya kyungsoo. D.O terlalu singkat, sama seperti namamu.”

“kalau kau tidak suka, kenapa hanya dia yang jadi objek fotomu?”

Sakura mengerjap sebentar, berpikir. “aku juga tidak tahu.” Jawabnya enteng, dia sudah menurunkan kameranya. Pegal. Dan ikut menikmati snack yang di bawa eunyeol. “kau tidak menonton ya sejak tadi?”

“aku tidak terlalu suka baseball, hanya karena mereka tampan. Itu saja. Aku juga kan harus menyegarkan mataku.”

Sakura memutar bola matanya. Chen tertawa kecil. “dasar wanita.” Komentarnya.

-0-

Chen sudah lebih dulu berlalu, eunyeol kembali ke kelas sebentar mengambil beberapa barang. Dia akan pulang bersama sakura, sedangkan sakura sendiri masih sibuk memasukkan kameranya ke tas kecilnya. Lagipula ia ingin mengucapkan selamat kepada D.O dan teman-temannya atas kemenangan tim mereka. D.O tak pernah bilang kalau ternyata dia sehebat itu bermain baseball, batin sakura. Sayangnya, begitu sakura mengalihkan pandangannya, mereka semua sudah menghilang dari tempat semula. “ya sudahlah, di rumah saja.” Putusnya.

“sakura-ssi.” Panggil seseorang. Suho. Dia berjalan mendekati sakura. “belum pulang?” tanyanya.

“sebentar lagi, awalnya aku ingin mengucapkan selamat pada kyungsoo dan yang lainnya. Tapi mereka semua sudah tidak ada.”

“kalau begitu, ayo ikut aku.” suho langsung menarik sakura, melewati sisi samping gedung sekolah, menuju sebuah gedung yang terpisah sendiri di pojok. Begitu mereka masuk terlihatlah Kai yang sedang membuka bajunya, sehun yang sedang berguling-guling di lantai, chanyeol yang sedang sibuk dengan minumannya, baekhyun yang sedang mengipasi tubuhnya dan D.O yang duduk tenang- seperti biasa – sambil mengelapi keringatnya dengan handuk putih.

Tidak ada yang sadar keberadaan sakura sampai gadis itu memekik karena melihat Kai yang bertelanjang dada. “omo.”

Semua menoleh, termasuk Kai yang kemudian hanya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya sadar dan kembali memakai bajunya. Suho meringis kecil kemudian menyentuh bahu sakura. “kau bisa membuka matamu sekarang nona.” Ujarnya.

Begitu sakura membuka matanya, sepasang mata yang sakura cari pertama kali adalah D.O, dan laki-laki itu juga sedang menatapnya bingung kenapa sakura bisa berada disana. “mian, aku….” sakura bingung harus mengatakan apa lagi, dia juga tidak benar-benar ingin bicara. Chanyeol berdehem, memberikan kode pada yang lainnya dan sehun yang pertama kali bergerak.

“kurasa kita harus keluar.” Ujarnya,

Baekhyun hanya tersenyum kecil, “sudah dewasa kau rupanya.” Katanya menanggapi ucapan sehun, dia tak menyangka sehun yang akan memberikan  respon pertama kali.

Serempak mereka keluar kecuali D.O tentunya, sakura membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu tapi tetap sama ia masih bingung dengan apa yang ingin di katakannya.

“mau sampai kapan kau berdiri disana? Duduklah.” D.O mengarahkan kepalanya ke bangku panjang yang sedang didudukinya.

Sakura yang sejak tadi masih berdiri di muka pintu perlahan mendekat dan duduk di bangku tersebut bersebelahan dengan D.O, sakura mengambil tempat di ujung bangku sehingga jaraknya dan D.O cukup jauh.

Hening. Tentu saja D.O tidak mungkin membuka pembicaraan. Sakura menggigit bibirnya, otaknya kosong. Tapi dia merasa harus mengatakan sesuatu, tapi dia lupa.

“kyungsoo-ya..”

“hm.”

Diam. Sakura berusaha memikirkan sesuatu.

“kau kenapa tidak pernah bilang padaku kalau kau atlet baseball?”

“kau tidak pernah bertanya.”

Sakura menggaruk kepalanya, benar juga. Sakura melirik D.O lagi, masih ada peluh yang sela-sela kuping D.O, ingin rasanya sakura mengulurkan tangannya. Tapi tidak mungkin, D.O pasti murka.

“tadi kau hebat. Mengagumkan. Sungguh.” Puji sakura tulus, dia suka baseball tapi baginya tidak ada pemain baseball yang lebih hebat dari ayahnya. Tidak sebelum dia melihat bagaimana cara D.O tadi bermain, caranya memegang tongkat, memukul, berlari, dan tersenyum saat home run. Semua itu begitu indah dan juga mengagumkan. Lebih dari ayahnya.

D.O hanya berdehem sebentar, gadis ini begitu apa adanya mengungkapkan segala hal. “jam berapa Kim ahjussi akan menjemput?” tanyanya. Dia bertanya, merespon, dan berbicara dengan sakura. D.O sudah berjanji untuk ini, dia akan mencoba. Kalaupun sampai bertahun-tahun lamanya perasaannya sepuluh tahun lalu tetap tidak kembali lagi ataupun sakura yang kini bahkan tidak mampu mengingat sedikitpun kenangan mereka dan tetap menganggapnya orang asing, setidaknya sekarang D.O terlihat seperti seorang manusia, bukan lagi monster diam yang dingin.

“aku akan pulang naik bus bersama eunyeol. Ada keluarga Kim ahjussi yang sedang sakit jadi dia tidak bisa menjemput.” Jawabnya, dia begitu menyukai sikap D.O yang melembut sekarang ini. Perasaan ketika mendengar pertanyaan meluncur keluar dari mulut D.O tidak bisa di gambarkan sakura secara rinci, yang jelas itu menyenangkan.

“ikut mobilku saja.”

Sakura menatap D.O yang mulai berkemas, menghilang di balik loker, dan menenteng tas olahraga besarnya. “tapi kan nanti…”

“sudah sesore ini, sudah jarang anak-anak yang ada di sekolah. Jadi, tidak apa-apa”

Sakura menyunggingkan senyuman, “aku akan memberi tahu eunyeol dulu. Aku menemuimu di?”

“parkiran.” Katanya lugas, dan segera berlalu keluar.

Sakura memegangi erat tas kameranya, dan dia berjingkrak kegirangan. Tidak ada alasan yang jelas. Sakura hanya senang.

-0-

“pagi nona Indonesia.” Sapa chen begitu melihat sakura keluar dari mobil. Mereka berpapasan di depan gerbang.

“oh hai, pagi.” Sakura membungkuk sebentar pada kim ahjussi sebelum ia kembali menoleh ke arah chen. “kukira eunyeol, dia yang biasanya memanggilku begitu.”

“benarkah? Aku juga baru tahu kalau kau asal Indonesia semalam. Ah tidak special, bagaimana kalau kau ku panggil kecil?”

Sakura menaikkan alisnya. “jelek. Panggilan macam apa itu?”

“itu berbeda dan itu terdengar unik, kecil.”

Sakura memonyongkan bibirnya dan berlalu. sakura dan kecil itu darimana samanya. Ada-ada saja, gumam sakura dalam hatinya. Chen hanya tertawa dan mengikutinya dari belakang, gadis kecil itu rupanya tak sadar betapa tubuhnya begitu kecil dan sangat mungil.

Baekhyun dan Sehun yang juga baru memasuki gerbang kebetulan melihat sakura dan seorang laki-laki mengobrol bersama. “kau kenal dia sehun-ee?” Tanya baekhyun.

“Ani. Kukira dia temanmu, aku pernah melihatnya di lantai kelasmu.”

“aku tidak pernah melihatnya, tapi kau lihatkan dia sangat akrab dengan sakura. Apa D.O tahu?”

“hyung!” dengan gerakan cepat sehun memegangi lengan baekhyun. “jangan-jangan noona berselingkuh.” Ujarnya semangat.

‘plak’ cuek baekhyun memukul kepala sehun. “kau masih kecil tapi pikiranmu sejauh itu, sakura itu menyukai D.O tau. Itu sudah sangat jelas terlihat, sudahlah ke kelasmu sana.”

Mereka berpisah di tangga, baekhyun naik ke lantai dua sedangkan sehun menuju kelasnya yang berada di lantai satu bersebelahan dengan kelas sakura. Sehun berhenti untuk sekedar mengintip ke dalam kelas sakura. “tuh kan, siapapun dia, aku tak suka laki-laki itu.” sungutnya ketika dia melihat sakura sedang bercengkrama akrab dengan lelaki tadi.

-0-

Begitu kelas selesai sore itu, D.O langsung beringsut memisahkan diri dari teman-temannya sebelum Sehun muncul. Dia merasa terganggu sekali dengan ocehan sehun sejak jam istirahat tadi yang sibuk menyuruhnya untuk mencari tahu siapa laki-laki yang bersama sakura. Dia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat sehun sibuk berceloteh. Dia tak perlu susah-susah mencari tahu, cepat atau lambat sakura juga akan bercerita dengan sendirinya.

“hyuuuuunngggg!!!” seru seseorang ketika D.O akan masuk ke mobilnya. “kita harus bicara. Kajimaaaaaaa…” teriaknya lagi, D.O menoleh. Sehun.

D.O hanya berdecak kesal dan tetap masuk mobil kemudian segera melajukannya. Sehun menatap kecewa mobil D.O yang sudah keluar gerbang, “awas kalau nanti noona benar-benar di rebut oleh laki-laki itu, aku tak akan membantu. Sungguh.” Ancamnya, suho yang kini sudah berada di samping sehun tak mampu menahan senyumnya.

“kau begitu peduli ya, tapi sakura tidak akan kemana-mana sehun-ah, D.O akan menjaganya dengan baik.”

Bukannya senang mendengar apa yang di katakan suho, sehun malah memalingkan muka dan berjalan sembari menghentakkan kakinya. Kesal.

-0-

Rumah yang biasanya tenang, sore itu menjadi sedikit gaduh Karena pola tingkah sakura yang begitu rusuh di dapur. Dia membuat sesuatu bersama Kang ahjumma, mencoba resep kue baru. Dapur benar-benar berada pada kondisi yang tidak baik. D.O mengambil air di kulkas dan mendapati sakura dengan wajah yang ternodai tepung di bawah mata dan sekitaran dagunya. Sakura hanya tertawa konyol begitu melihat D.O. “kau sudah pulang? Aku sedang membuat kue, tanpa bantuan ahjumma, dia hanya mengawasiku.” Terangnya.

Setelah mengangguk sedikit, D.O segera beranjak ke meja makan. Seperti biasa menikmati makan malamnya di sore hari. “ahjumma, bilang padaku kalau kuenya sudah matang ya.” Kata sakura. Dia menyusul D.O menuju meja makan, ada banyak hal yang harus di ceritakan sore ini.

Baru satu suap yang di masukkan D.O ke mulutnya, sakura sudah duduk manis di hadapannya. “kau mau dengar ceritaku?” tanyanya.

D.O menatap sakura sekilas, lagi-lagi, sakura. “biasanya kau tidak bertanya.” Katanya seolah memberi izin. Asal D.O hanya harus mendengarkan, tidak apa-apa.

Sakura tertawa sendiri, benar juga. “kau kenal chen tidak? Dia satu tingkat denganmu, aku baru berkenalan dengannya kemarin dan anaknya menyenangkan.” Sakura memulai ceritanya dengan antusias seperti biasa.

Oh, jadi namanya Chen. D.O menggeleng.

“dia memang sedikit tertutup, tapi kalau sudah kenal dia sangat asik. Kau tahu, dia juga suka fotografi dan hasil fotonya luar biasa bagus. Aku tidak pernah melihat hasil foto yang seindah punyanya, dia juga—“

“terlalu melebih-lebihkan.” Potong D.O cepat.

“mwo? Ani, tapi dia memang benar-benar hebat. Sungguh.”

Kemarin dia memujiku dan sekarang dia memuji laki-laki lain di hadapanku. Dasar wanita. Omel D.O dalam hati.

“kapan-kapan kau harus berkenalan dengannya, tapi dia mengenalmu tahu. Saat aku mengambil gambarmu di pertandingan kemarin dia tahu namamu D.O.”

Ooppss! Sakura menutup mulutnya.

“siapa yang mengijinkanmu mengambil gambarku?” D.O merubah suaranya menjadi lebih rendah dan dalam.

Sakura mengkerut di kursinya, dia lupa kalau selama ini D.O tidak pernah tahu kalau dia sering mengambil gambar laki-laki itu secara diam-diam. “aku benci di foto.” Sambungnya lagi, dan sakura semakin tersudut di kursinya, karena tatapan D.O. “hapus semua.” Tambahnya.

Sakura menggigit bibirnya. “andwe….”

Saat D.O akan buka suara lagi, sakura sudah melepas apron putihnya, berteriak pada ahjumma untuk mengurus kuenya, dan berlari naik ke kamarnya. Membuat D.O hanya mampu menghela nafasnya keras dan merapatkan rahangnya.

-0-

Rambutnya sudah di kuncir tinggi, kaca mata full frame besarnya juga sudah bertengger manis di hidung kecilnya. Malam itu, sakura sibuk dengan beberapa tugas matematika yang sebenarnya sangat tidak ingin di kerjakannya, dia lemah di mata pelajaran itu.

Satu jam berselang, dan baru satu nomor yang berhasil di selesaikannya. Sakura mengetuk-ngetukan kepalanya ke meja. “serius, ini susah parah. Mati gue.” Keluhnya. Dia melihat jam, masih pukul 8 malam tapi dia sudah ingin beranjak ke kasurnya, bukan untuk tidur tapi hanya untuk mengutak-atik kameranya. Itu lebih asik.

Sakura mengemas buku dan peralatan tulisnya, juga membawa boneka beruangnya dan mengetuk kamar D.O. Mungkin saja D.O mau membantu, kalaupun tidak maka besok terpaksa dia akan menyontek pada eunyeol. Ketukan pertama tidak ada jawaban, ketukan kedua D.O baru membukanya. “wae?”

Sakura terdiam di tempatnya, dia langsung tak bisa berkutik begitu melihat D.O, rambutnya yang acak, harum caramel yang menyeruak, mata dinginnya yang sedikit sayu. Sakura bahkan hampir lupa untuk mengambil nafas. “wae?” Tanya laki-laki itu lagi.

Sakura mengedipkan matanya beberapa kali. Sebelum akhirnya mampu berbicara. “sudah tidur ya?”

“belum, aku masih…” D.O terlihat sedikit ragu melanjutkan kalimatnya, “melakukan sesuatu.” Ucapnya sekenanya. “wae?”

“bantu aku mengerjakan tugas, susah sekali.”

D.O berpikir sebentar, menganggu saja. Tapi kemudian dia mengangguk.

Mereka duduk di karpet dekat tv tempat D.O biasa bermain PSnya, D.O melihat soal-soal yang menurut sakura sangat sulit dan dia malah menghela nafasnya, ini bahkan mudah sekali. D.O mulai menjelaskan satu soal, menuliskan rumusnya, berlanjut ke soal lainnya, dan sakura dengan serius mendengarkan dan mencoba memahami walau sebenarnya dari beberapa kalimat yang di dengar sakura hanya beberapa yang tersangkut di otaknya. Sakura begitu tidak bisa nya berkonsentrasi karena D.O yang duduk di sebelahnya, sama-sama bersender di sofa dan begitu harum dengan aroma manisnya. Mana mungkin dia bisa konsentrasi.

Jam dinding di ujung ruangan sudah menunjukkan pukul 10 malam, D.O masih menjelaskan beberapa sisa soal yang ada. Sakura sangat tenang di sampingnya, berarti gadis itu mengerti. Sampai beberapa saat kemudian, bahunya terasa berat oleh sesuatu. Kepala sakura. Gadis itu tertidur, sejak tadi.

D.O berdecak kesal, dia melirik sakura dan indra penciumannya langsung di manjakan dengan aroma strawberry dari rambut gadis itu. Seperti sakura memakai semua produk yang berbau strawberry, dan itu sangat menyegarkan. D.O menelan ludahnya, jarak ini terlalu dekat. Tadi jarak di antara mereka tidak sedekat ini. D.O berusaha mendorong kepala sakura tapi itu malah membuat kepala gadis itu terkulai di depan dadanya. D.O berdecak lagi, dia meletakkan buku yang sejak tadi dipegangnya dan dengan kedua tangan dia memegang bahu sakura, tangan kanannya sudah melingkar di bahu sakura, membuatnya terdiam. Posisi ini terasa nyaman.

D.O menggelang, melepas tangannya, mendorong pelan kepala sakura agar bersender  di sofa. Dan mencubit kencang pipi gadis itu. “appo!” teriak sakura, kesadarannya kembali. Dia memegangi pipinya yang merah.

“tidur di kamarmu sana. Dasar.” Ucap D.O, dan segera dia beranjak, masuk ke kamarnya dan menguncinya.

“ya! Kyungsoo! Tugasku?” sakura mengambil bukunya yang tergeletak di meja, “eh? Sudah selesai?”

Dilihatnya sudah dengan rapi tertulis rumus dan juga jawaban dari semua soal disana. Ternyata tak hanya menjelaskan D.O juga sembari mengerjakannya tadi. Sakura menyunggingkan senyuman, memegangi pipinya yang sakit. “dia menyentuhku? Ah, kenapa aku berdebar?” pipinya merona, bukan dari hasil cubitan D.O tadi tapi dari realisasi debaran perasaan dalam hatinya. Sampai dia kembali  kekamarnya dan merebahkan diri di tempat tidurnya, sakura masih memegangi pipinya dan dia tidak berhenti tersenyum. Kenapa rasanya begitu menyenangkan?

-0-

“kecil!” panggil seseorang, sakura menoleh dan dia menyesalinya. “nah, kau tahu kalau aku memanggilmu.” Ujar Chen bahagia, dia menepuk puncak kepala sakura.

“harusnya aku tidak menoleh.” Ucap sakura ketus, dia meniup poninya. Membuat Chen mengulurkan tangannya hendak mencubit pipi sakura yang bulat.

Sakura langsung menutupi pipinya, “jangan sentuh pipiku.” Katanya cepat.

“wae?”

Sakura menggigit bibirnya. “hmm. Geunyang. Andwe…” karena Kyungsoo menyentuhnya disini tadi malam. Lanjutnya dalam hati, “kaja.” Sakura menarik tangan Chen menuju kelas.

Dia merasa nyaman berada di dekat chen, baginya chen benar-benar teman yang hebat. Dia langsung bisa membawa diri dengan laki-laki itu, walau baru dikenalnya beberapa hari yang lalu. Mungkin Karena mereka memiliki hobi yang sama. Seperti banyak hal yang bisa mereka lakukan bersama.

D.O yang baru memasuki gedung sekolah tak sengaja melihat sakura yang tengah menarik tangan laki-laki yang baru di ceritakan sakura kemarin bernama Chen. D.O langsung berdecak kesal, entah kenapa setelahnya moodnya tiba-tiba saja berubah. “apa kubilang, kau harus berhati-hati hyung.” dan moodnya malah menjadi semakin buruk mendengar suara sehun di belakangnya, dia menatap sehun ganas kemudian segera menaiki tangga menuju kelasnya.

-0-

Suho sudah memperingatkan sehun untuk tidak banyak bicara saat latihan sore ini. seperti biasa mereka akan latihan sore rutin untuk menghadapi pertandingan selanjutnya minggu depan. Suho khawatir sehun malah akan membuat mood D.O menjadi buruk dan latihan hari ini menjadi tidak maksimal. Awalnya sehun sempat protes tapi akhirnya dia mengerti dan mengalah. Kali ini saja.

D.O masih menampakkan wajah dinginnya sejak pagi tadi, bahkan kai dan baekhyun menjadi tidak berani untuk sedikit menggodanya. D.O terlihat terlalu ganas kalau di ganggu sedikit saja. Mereka sedang bersiap-siap di ruangan mereka, dan D.O keluar terlebih dahulu. “rasanya aku gatal ingin sekali bertanya, ada apa dengannya sehun-ah?” Tanya kai.

Sehun mengangkat bahunya, “bukan gara-gara aku. sungguh.” dan ikut berlalu menuju lapangan. Kai menatap chanyeol dan baekhyun, mereka berdua juga ikut mengangkat bahunya.

Seperti biasa suho menonton teman-temannya dari pinggir lapangan. Para pemain sudah berkumpul di lapangan dan mendengarkan penjelasan dari pelatih mereka, sejurus dengan tempat duduknya, suho dapat melihat sakura bersama teman perempuannya dan chen. “jadi dia, mereka lumayan dekat rupanya.” Komentarnya, dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah lapangan.

Moodnya masih saja jelek bahkan ketika di lapangan, D.O tak mendengarkan dengan jelas apa yang dikatakan pelatihnya barusan. Dia tidak semangat hari ini. dia juga tidak mengerti kenapa setelah melihat kejadian tadi pagi, membuatnya malah uring-uringan sepanjang hari ini. D.O mengambil posisinya, bersiap memukul bola. Pitcher mulai memberikan aba-aba, dia merentangkan kaki. Siap.

Bola dipukulnya jauh, D.O langsung lari dengan lincahnya. Seperti biasa, dia melewati base pertama dengan sukses namun ketika akan melanjutkan ke base selanjutnya, matanya menangkap sosok sakura bersama chen, sedang memakan ice cream di pinggir lapangan dan detik berikutnya dilihatnya chen mengulurkan tangannya hendak mengelap mulut sakura yang terkena ice cream, damn.

bruuugggghhhhh

“D.O-ya!!!” teriak Chanyeol yang berjaga di base kedua.

D.O tersungkur jatuh, terguling, dan tubuhnya terjerembab di dekat chanyeol. Chanyeol langsung berlari menghampirinya, dan dilihatnya D.O meringis kesakitan.

“wae?” pelatih segera datang dan bertanya. Diangkatnya tubuh D.O yang terluka di bagian wajanya dan juga tangannya.

“aku tak mengerti, sepertinya dia tadi tidak memperhatikan langkahnya sehingga kehilangan keseimbangan dan terguling.” Jawab chanyeol, satu-satunya saksi mata.

Pelatih dibantu baekhyun dan kai berusaha membangunkannya, dan D.O berteriak kesakitan ketika tubuhnya terangkat. “kurasa kakiku terkilir.” Ujarnya sembari menahan sakit. Ujung bibirnya terluka dan mengeluarkan darah.

“bawa dia ke ruang kesehatan.” Suruh pelatih, sehun dan chanyeol membantu kai dan baekhyun  menggendong D.O, dan segera membawanya keluar lapangan.

Sakura sedang mengelap bekas ice cream di bibirnya setelah sebelumnya diingatkan oleh chen ketika semua orang di lapangan mulai berkumpul di satu titik. “ada apa?” tanyanya.

“entahlah, kurasa ada yang jatuh.” Eunyeol sedang mengecat kukunya, dan dia tidak begitu peduli dengan yang terjadi di lapangan.

Sakura segera berlari saat melihat sosok sehun yang sedang menggotong seseorang bersama yang lainnya. “kyungsoo?” ujarnya kaget begitu melihat sehun, baekhyun, kai dan chanyeol yang keluar lapangan sembari menggotong D.O yang terluka. “wae geuraeyo?” tanyanya panik. Tidak ada yang menjawab, mereka terlalu berkosentrasi untuk segera membawa D.O ke ruang kesehatan tanpa sempat memikirkan jawaban bagi sakura. Tidak mendapat jawaban, sakura mengikuti mereka di belakang.

Saat sakura akan memasuki gedung sekolah, chen menahannya. “ayo pulang, sudah sore.” Ajaknya.

“aku akan pulang nanti.” Tolak sakura halus, chen menahannya lagi ketika dia akan beranjak masuk.

“kau bilang mau pulang bersamaku agar bisa melihat caraku memotret.”

“tidak sekarang. Kau pulang duluan saja bersama eunyeol. Oke?” Tidak mau di tahan lagi, sakura segera berlari masuk kedalam gedung sekolah.

“aku heran kenapa dia begitu peduli pada para pemain baseball itu.” gumamnya, dan chen mengangkat bahunya sendiri. Tanya nanti sajalah.

Kaki kanan D.O sudah terbungkus dengan perban, tangannya yang terluka juga sudah diobati oleh dokter. Tinggal pipi kanannya yang tergores dan bibirnya yang sedikit robek sehingga harus di beri sedikit obat oleh dokter. “kaki kananmu terkilir, tidak terlalu parah. Kau masih bisa berjalan-jalan. tapi jangan terlalu di paksakan.” Ucap dokter sekolah sembari mengobati bibir D.O. “ tapi kau mungkin masih belum bisa bermain sampai minggu depan.”

D.O hanya menghela nafasnya, bodoh. Bagaimana mungkin dia bisa terjatuh dengan sangat konyolnya seperti itu, D.O merutuki kebodohannya sendiri. mendengar diagnosis dokter, pelatih dan yang lainnya juga hanya tertunduk pasrah. Pertandingan minggu depan, terpaksa D.O tak bisa dimainkan.

“kyungsoo!” semua menoleh kearah datangnya suara. Sakura. Nafasnya sedikit tersengal, dia menatap salah tingkah setiap orang yang ada di ruangan. Sepertinya teriakannya berlebihan. Semua saling melirik, sehun yang pertama melipir ke pintu dan keluar. Pelatih melakukan hal yang sama walau tidak mengerti maksud dari tatapan anak didiknya. Hanya tersisa dokter, D.O, dan sakura.

“kurasa aku juga harus keluar, istirahatlah yang banyak D.O-ssi.” Ujarnya kemudian sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.

Sakura mendekati ranjang yang tengah diduduki D.O, dia ikutan meringis melihat D.O yang penuh dengan luka. “kenapa bisa seperti ini?”

“Ka.” Tanpa melihat wajah sakura, D.O berkata.

“mwo? Naega…”

“Ka.”

“kyungsoo, waeyo?”

“Karago.” D.O menatap sinis sakura, memberikan ancaman. Kemudian memalingkan lagi wajahnya. Dia juga tidak tahu alasannya apa, yang jelas saat ini dia sedang sangat tidak ingin sakura berada di sekitarnya. Tapi sepertinya apa yang dilihatnya tadi beberapa saat sebelum ia jatuh, sudah cukup untuk jadi alasan.

Sakura menggigit bibirnya, walau selama ini D.O memang sering berbicara sinis padanya. Tapi tidak pernah dengan nada sedalam ini, dan yang paling membuat sakura takut adalah tatapan tajam D.O tadi, tatapan penuh kebencian dan juga ancaman itulah yang membuat sakura tiba-tiba saja ingin meneteskan air mata. sakura menatap lagi D.O sedang memalingkan wajahnya, tidak mau menatapnya. “kyungsoo-ya, mianhaeyo.” Sakura tidak tahu dimana letak kesalahannya sampai dia harus meminta maaf, tapi kata tersebut secara otomatis keluar dari mulutnya. Dan dia keluar ruangan. Berlari. Pergi.

-0-

D.O terbangun di kamarnya malam itu, sudah pukul 9 malam. Tadi sore suho, chanyeol, baekhyun, kai, dan sehun yang mengantarnya. Dengan kaki seperti itu, Dia tidak bisa menyetir mobilnya sendiri. D.O keluar hendak mengambil minuman, saat sedang di tangga dia bertemu dengan Kang ahjumma yang membawa beberapa potong baju. “kenapa ahjumma belum pulang?” tanyanya. D.O berpegangan kuat pada pegangan tangga. Kakinya masih begitu sakit untuk menopang tubuhnya berdiri.

Sebelum menjawab, ahjumma Kang menatap khawatir wajah D.O yang terluka dan kaki serta tangannya yang di perban. “saya mau mengantar baju nona sakura. Tadi sore belum sempat saya berikan. Apa anda benar-benar baik-baik saja tuan?”

D.O mengangguk sekilas dan dengan pincang menuruni tangga. Ahjumma menghela nafasnya, masih khawatir tapi dia tetap menuju kamar sakura.

Susah payah D.O menuruni tangga dan ketika dia sudah ada di bawah, ahjumma berlari panik dari lantai dua. “tuan, nona sakura tidak ada di kamarnya.” Ujarnya cepat.

D.O masih berpegangan pada pegangan tangga. “mwo?”

“apa nona bilang pada anda dia pergi kemana?” ahjumma Kang berbicara dengan sangat cepat. D.O menggeleng. “eottokhae? Nona sakura.” Ahjumma Kang menggigit kuku jarinya, khawatir.

D.O berdecak. Ahjumma Kang terlalu berlebihan, “mungkin dia masih bersama temannya.” Ucap D.O, dia sebenarnya ingin membuang kemungkinan tersebut. karena Bisa saja dia juga sedang bersama Chen. Membayangkannya membuat D.O merapatkan rahangnya, kalau benar. Mungkin dia tidak akan pernah mau berbicara pada sakura lagi. dasar wanita.

“tapi tuan ini sudah terlalu malam, nona sakura tidak pernah pulang semalam ini tanpa ijin terlebih dahulu. Kalau dia dalam bahaya  bagaimana?”

D.O menatap ahjumma Kang, benar juga. Gadis itu kan selalu jadi gadis penurut selama ini. aneh juga kalau tiba-tiba sakura belum sampai di rumah selarut ini. D.O mengeluarkan handphonenya, suho selalu dapat diandalkan. “hyung. bisa ke rumahku sekarang?” tanyanya begitu teleponnya tersambung, dan segera menutupnya begitu suho menjawab ‘iya.’

Ahjumma sudah berhasil dibujuk untuk pulang, D.O yang memaksa. Setelah sebelumnya juga mewanti-wanti ahjumma untuk tidak mengatakan apapun pada keluarganya apalagi Yui mengenai sakura yang belum pulang selarut ini. suho datang beberapa saat kemudian, jarak rumahnya memang tidak terlalu jauh. “ada apa?” tanyanya begitu melihat D.O yang sudah berdiri di depan rumah.

“sakura belum pulang.”

“selarut ini?”,  D.O mengangguk. “apa mungkin dia sedang bersama dengan temannya?” Tanya suho lagi.

D.O sedikit berpikir. “tapi perasaanku tak enak hyung, dia akan bilang kalau dia mau pergi kemanapun. Aku takut dia dalam bahaya.” Suho menatap D.O tak percaya. Dia yakin dia tidak salah dengar, jelas sekali ada nada khawatir dalam ucapan D.O tadi.

“sudah kau hubungi dia?” kali ini D.O menggeleng, dia baru ingat. Bahkan dia tidak punya nomor telepon sakura, dia juga tidak tahu persis apakah sakura memiliki handphone atau tidak. “bodoh sekali. Dia itu kan istrimu, kau yang harusnya segera menghubunginya kalau saat-saat seperti ini. untung aku pernah iseng meminta nomor nya.” Suho segera mencari kontak sakura, D.O hanya berdehem salah tingkah. Mendengar kata istri yang keluar dari bibir suho, menimbulkan perasaan aneh tersendiri. Hubungannya dengan sakura sama sekali tidak bisa di katakan sebagai hubungan suami dengan istri. Benar-benar bukan.

“sakura?” ucap suho cepat begitu hubungan tersambung, “sakura-ssi, ini aku suho. Kau dimana?” lama suho tak mendapat jawaban, dan malah mendengar isakan. “sakura-ya, uljima. Katakan dengan jelas kau sedang dimana sekarang?” suho mulai panik karena sakura yang hanya sibuk terisak di ujung sana. “sakura-ya—“ belum sempat suho menyambung kalimatnya, D.O sudah merebut handphonenya.

“sakura. Naega, kyungsoo. Kau dimana?” bukan jawaban yang D.O dengar tapi tetap saja isakan yang semakin kencang. “sakura, neo eodie?” Tanyanya penuh tekanan. Tapi sakura masih saja menangis.

“sakura!” D.O meninggikan suaranya. “kau dimana, katakan dengan jelas dan jangan menangis!” bentaknya, sakura hanya membuatnya panik, dengan isakannya.

“aku terjebak di atap sekolah, disini sepi sekali, aku takut, tolong aku kyungsoo-ya.” Sakura terisak lagi, D.O langsung mematikan sambungannya. Dan menyuruh suho membawanya ke sekolah.

D.O meringis kesakitan begitu ia mulai menaiki tangga sekolah. Mereka berhasil mendapatkan kunci gerbang dari pak penjaga. “kau baik-baik saja?” Tanya suho khawatir, dia tahu jelas kaki D.O masih sangat sakit bekas jatuh sore tadi. D.O mengangguk pelan.

Dengan tertatih, D.O menapaki setiap pijakan tangga. Dan di setiap anak tangga itu jugalah dia harus menahan rasa sakit yang seakan menusuk-nusuk kaki kanannya yang terbalut perban. Di lantai keempat, dan masih satu lantai lagi yang harus mereka tempuh. D.O limbung dan berteriak kesakitan. Rasa sakit di kakinya sudah tidak bisa tertahankan lagi. “kau tunggu saja disini. Aku yang akan menyusulnya ke atap.” Saran suho, dia tidak tega melihat sahabat sekaligus adiknya itu harus tersiksa akibat kakinya yang terkilir.

“gwenchana hyung.” dengan keras kepala D.O menaiki sisa-sisa anak tangga. Erat dipegangnya pegangan tangga untuk menyeimbangkan tubuhnya, dan berusaha melupakan rasa sakit di kakinya yang sejak tadi sudah berdenyut-denyut.

D.O POV

Rasanya benar-benar menyiksa dan menyakitkan, aku juga tidak tahu apa yang membuatku bertahan menerjangnya. Begitu mendengar tangisannya di telepon tadi, aku langsung tak dapat berpikir jernih lagi. Yang ada di otakku hanyalah memastikan gadis bodoh itu baik-baik saja. hanya itu.

Saat kami sudah di lantai teratas suho hyung berusaha membuka pintu yang menjadi satu-satunya jalan menuju atap sekolah, terkunci. Tidak kehilangan akal, hyung mendorong pintu tersebut dengan tubuhnya. Aku tidak bisa membantu, masih bisa berdiri saja aku sudah bersyukur dengan kaki seperti ini. di dorongan ketiga, pintu berhasil terbuka. Aku segera menerobos masuk, dan mencari sosok gadis itu.

Rasanya seperti beban jutaan ton yang sejak tadi kupanggul di pundak lepas seketika, bahuku yang sejak tadi begitu tegang menjadi terasa lebih ringan. Gadis itu disana. Sakura menoleh, matanya merah dan basah. Dia terlihat seperti anak anjing yang kehilangan induknya, matanya benar-benar menyorotkan rasa takutnya yang luar biasa. aku mendekat, berusaha mengorganisir debaran hatiku yang berpacu dengan sangat cepat. Rasa marah, khawatir, lega dan bahagia muncul dalam waktu yang sama membuatku bingung bagaimana harus menjelaskannya.

Sakura terduduk memegangi lututnya, baju seragamnya masih lengkap. Dia bergetar, kedinginan. Aku membuka jaketku, dan menyampirkan di pundaknya. Gadis ini menatapku dalam, sangat dalam, dan sangat rapuh. Detik itu juga aku berjongkok, melupakan rasa sakit di kakiku dan merengkuhnya dalam pelukanku. Meyakinkannya, aku sudah disini.

Sakura membalas pelukanku, dia memelukku dengan sangat erat. Dan mulai terisak, aku mengelus pundaknya, “menangislah.” Kataku, aku ingat tadi sempat membentaknya di telepon. Sakura mulai tersedu, dan dia menangis dengan sangat kencang.

Aku tidak pernah benar-benar mengkhawatirkan seseorang, kalaupun selama ini ada yang ku khawatirkan tidak lain adalah diriku sendiri. aku terlalu egois untuk repot-repot memikirkan orang lain. Tapi malam ini, tepat sejam yang lalu ketika kudengar gadis ini menangis ketakutan. Tidak tahu bagaimana harus pulang karena entah kenapa bisa terjebak di atap ini, aku jadi tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan seseorang. Ketika dia sakit dulu, aku khawatir. Tapi malam ini aku begitu khawatir dan disaat yang sama juga tiba-tiba saja merasa takut kehilangan. Entahlah, aku sendiri juga tidak mengerti.

“kau tidak memarahiku kyungsoo-ya?” tanyanya, dia masih menenggelamkan kepalanya dalam pelukanku, aku mendengar samar suaranya.

“nanti.” Kataku pendek. dia baik-baik saja. Itu yang penting kan?

-0-

TBC

Annyeong reader-reader tersayang :* chap 4 nya udah panjang banget kan 😀 semoga bisa memuaskan ya, maaf kalo ceritanya bikin bosen atau rada aneh haha aku juga lagi rada aneh otaknya ><

oh iya, mau ngasih tau *curhat deng*, aku mungkin akan hiatus untuk beberapa saat, aku lagi kehilangan arah sama semua hal yang berbau fanfiction, mianhae L dan juga lagi ngurusin ospek di kampus jadi sibuk banget >< maaf ya~~ tapi kalau mau ngobrol2 atau marahin aku *loh* bisa follow akunku *pede banget lu thor ><* aku available di à @kanemin_ ^^ hehe~~ >< mian ya~

Huhu~ semoga ga pada kecewa ya~ >< aku akan kembali membawa chap 5 dan seterusnya  lagi kok , tunggu aku ya~~~ sayang kalian sangat :* saranghae~~ *waving bareng kyungsoo* ><

Penulis:

just please don't talk shit about my bae

151 tanggapan untuk “Truly, I Love You (chapter 4)

Tinggalkan Balasan ke 나디라 Batalkan balasan