Diposkan pada Baek Hyun, Chan Yeol, charismagirl, Chen, EXO-K, Family, friendship, Marriage Life, Oneshot, Romance

US | Sunday Morning

sundaymorning

US | Sunday Morning

Author : Charismagirl

Main Cast :

  • Byun Baekhyun
  • Park Minri
  • Byun Chanhee

Other Cast :

  • Park Chanyeol
  • Ahn Sungyoung
  • Kim Jongdae

Genre : Romance, family, marriage life.

Rating : PG-13

Length : One-shoot / Vignette

Note : Do not copycat without my permission.

On Sunday morning, Chanhee was lost…

***

Eomma!!

Tok Tok Tok

Minri mengerutkan keningnya saat dia mendengar suara yang tidak asing memanggilnya dengan cukup nyaring dan mengganggu, disertai suara ketukan pintu.

Appa!!

Dia menggeliatkan tubuhnya lalu membuka matanya pelan sembari mengumpulkan nyawa. Kemudian dia disambut oleh pemandangan sebuah wajah. Seorang pria yang tidak asing, yang sudah menemani hidupnya selama bertahun-tahun, berwajah tampan dan manis di saat bersamaan –siapalagi kalau bukan suaminya.

“Baek,” gumam Minri sembari tersenyum. Dia mengangkat satu tangannya untuk mengusap pipi lelaki itu. Kemudian berbalik, berniat meneruskan tidurnya.

Gadis itu terkesiap saat sebuah tangan terulur dari belakang merangkul pinggangnya dengan tiba-tiba, diikuti bisikan di telinga membuat gadis itu merinding.

“Selamat pagi, Honey.”

Dengan mata terpejam, Minri menyingkirkan tangan Baekhyun. Lalu berbalik, menghadap Baekhyun lagi. Lantas menggumam.

“Selamat pagi, Baek.”

Appa…

“Apakah kau mendengar sesuatu?” tanya Minri.

“Ya, suara Chanhee.” Baekhyun mempersempit jarak diantara mereka, lalu memeluk Minri bagaikan guling.

“Astaga! Aku mendengar suaranya sejak tadi. Ish!” Minri duduk dengan tiba-tiba, menyingkirkan Baekhyun dengan sekuat tenaga, hampir membuat Baekhyun terguling ke sisi ranjang.

“Hari ini hari minggu.” Baekhyun bicara pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Biasanya kalau hari libur, Chanhee akan lebih berlama-lama di kasurnya. Sama seperti Minri yang tidak akan bangun sepagi biasanya di hari kerja. Minri tidak perlu menyiapkan sarapan terlalu pagi atau membangunkan Chanhee untuk sekolah. Tumben anak itu bangun lebih dulu.

Sebentar, Chanhee… hari minggu…

“Ya Tuhan!” Baekhyun memegang bahu Minri membuat gadis itu hampir terjengkang kembali ke kasur.

“Kau mengagetkanku, Baek!” Minri mengambil salah satu bantal dan memukulkannya ke tubuh Baekhyun, cukup keras, tapi tidak cukup membuat lelaki itu tumbang.

“Chanhee bilang padaku bahwa hari ini dia ingin berolahraga pagi.”

“Kau tidak bilang padaku,” sahut Minri.

Baekhyun beranjak dari kasur dengan tergesa-gesa. Lalu berjalan menuju pintu.

“Baek,” panggil Minri.

“Ya?” Baekhyun membalikkan badannya.

“Kau belum mengancing piyamamu.”

Baekhyun menunduk, memperhatikan kancing piyamanya yang terbuka. Jangan salah paham dulu, karena sebenarnya hal ini terjadi karena tadi malam Baekhyun merasa pengap. Ya walaupun istrinya ikut membantu membukanya.

“Kau terlalu bergairah membuka semuanya.”

“Baekhyun!!” Minri melemparkan bantalnya ke arah Baekhyun, tapi belum sampai mengenai tubuh lelaki itu, bantal itu sudah teronggok di lantai kamar. Baekhyun mengaitkan kancing piyamanya satu per satu sampai semuanya kembali tertutup.

Lelaki itu terkekeh geli, melihat Minri merasa malu dengan wajahnya yang merona itu adalah salah satu hal yang menyenangkan untuk Baekhyun.

Kemudian pintu terbuka, memunculkan sosok Chanhee –masih dengan piama batmannya –dengan wajah yang hampir menangis.

“Chanhee mengira Eomma dan Appa pergi.”

Anak itu masuk dan memeluk kaki Baekhyun. Minri merasa sedikit bersalah karena mengabaikan panggilan Chanhee beberapa kali. Mari salahkan matanya yang terlalu mengantuk dan jam tidurnya yang larut itu.

“Kami tidak pergi, maaf ya membuka pintunya lama.” Minri menghampiri Chanhee, lalu mengusap kepalanya.

Chanhee melirik bantal yang teronggok tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia menatap Baekhyun dan Minri bergantian, lalu melepaskan pelukannya. Dia mundur beberapa langkah. Lantas memperhatikan ke sekitar kamar, keadaan selimut kusut masai dan tata letak bantal yang tidak beraturan.

“Kalian tidak sedang bertengkar, bukan?”

“Sama sekali tidak.” Minri tersenyum, seketika membuat Chanhee lega. Membayangkan ayah dan ibunya bertengkar adalah mimpi paling buruk yang tidak pernah diinginkannya lagi.

“Apakah kita jadi pergi pagi ini?” Baekhyun menginterupsi. Melihat jam dinding yang terus berputar ke kanan, dengan mengulur waktu seperti ini mereka bertiga mungkin kehabisan waktu pagi untuk berolah raga.

Mereka bertiga. Kali ini Baekhyun berencana mengajak Minri.

Call!” Seru Chanhee diiringi dengan sebuah kepalan di tangan mungilnya.

***

Mentari bergantung di timur perlahan merangkak ke atas langit. Menghamburkan cahaya kehangatan bercampur sejuknya embun pagi.

Hari minggu.

Sebuah taman yang terletak beberapa blok dari apartment mereka memang sudah menjadi tempat tujuan yang pas untuk berjalan-jalan pagi.

Baekhyun dan keluarga kecilnya sedang berada di sana, mengitari taman. Dengan memakai celana training dan baju yang sama mereka tampak seperti peserta jalan santai. Sebenarnya Minri merasa sangat konyol dengan semua itu.

Membeli barang yang sama seperti baju yang mereka pakai saat ini adalah ide Baekhyun. Minri tidak pernah berpikir untuk memakainya (atau paling tidak, tidak dalam waktu bersamaan). Namun akhirnya dia memakainya juga –dengan sedikit paksaan atau mungkin rayuan dari Baekhyun.

Chanhee berpegangan tangan pada kedua orang tuanya. Dia mengayunkan tangannya dengan langkah ceria sembari bersenandung kecil. Anak itu tampak sangat bahagia. Dia bahkan menyapa anjing pejalan kaki yang lain –yang sama sekali tidak mereka kenali. Seorang lelaki berperawakan sedang –mirip dengan Baekhyun, memiliki rahang tegas dan berwajah tampan.

“Hai anjing kecil, mau lomba lari denganku?”

“Guk guk!”

Chanhee melepaskan tautan tangannya pada Minri dan Baekhyun, dia menghampiri anjing putih berbulu tebal itu lantas jongkok di hadapannya. Tidak tahu menahu itu adalah anjing liar atau bukan –anak itu tampaknya tidak takut sedikitpun.

Si pemilik anjing menyapa Minri dan Baekhyun dengan senyum. Dan kedua orang itu balas menyapa.

Baekhyun bergeser, mendekat pada Minri, lalu memeluk pinggang gadis itu dengan satu tangan. Tidak peduli meskipun Minri telah melayangkan tatapan tajamnya.

“Sepertinya anak kalian menyukai Moonji.” Si pemilik anjing melepaskan tali dari tangannya, membiarkan Chanhee bermain dengan bebas bersama anak anjing itu.

“Moonji, nama yang manis untuk seekor anjing,” komentar Baekhyun.

“Apa kau tinggal di sekitar sini?” tanya Minri. Dia tidak pernah bertemu dengan lelaki si pemilik anjing ini sebelumnya. Mungkin saja tinggal di apartment yang sama.

“Tidak. Aku hanyalah pendatang –yang sedang berkunjung ke rumah keluargaku di Seoul.”

Baekhyun mengangguk mengerti, lantas mengulurkan tangan. “Aku Baekhyun, tinggal di daerah sini. Dan dia istriku –Minri.”

“Senang berkenalan dengan kalian, namaku Kim Jongdae.” Lelaki bernama Jongdae itu menyambut uluran tangan Baekhyu dan Minri bergantian.

“Senang berkenalan denganmu Kim Jongdae-ssi.”

“Chanhee-ya,” panggil Baekhyun. “Kesini sebentar.”

Chanhee memegang tali yang mengikat leher anjing itu lalu berjalan menghampiri Minri dengan setengah berlari, anjing itupun mengikuti Chanhee berlari.

Ne, Appa?”

“Sekarang kembalikan anjing itu pada pemiliknya.”

“Tidak apa-apa Baekhyun-ssi, kalau memang Chanhee masih ingin bermain dengan Moonji. Mungkin kita bisa jalan-jalan sambil mengobrol.”

Chanhee menatap Baekhyun dengan mata mengerjap lucu. Ber-mode sama dengan anak anjing di sebelahnya. Kalau begini, Baekhyun bisa apa.

“Baiklah,” putus Baekhyun.

“Yeeey!!” Chanhee berjalan mendahului mereka, sesekali dia mengusap kepala Moonji dengan tangan mungilnya.

“Aku baru tahu kalau Chanhee suka dengan anjing,” bisik Minri pada Baekhyun.

“Anak kita suka pada hal-hal baru yang dia rasa menarik.” Baekhyun mengecup pipi Minri dengan kilat membuat Minri melebarkan matanya. Dia melirik ke belakang, syukurlah Jongdae sibuk mengikat tali sepatunya.

Jongdae menyusul Minri dan Baekhyun, obrolan mereka pun dimulai. Dari membahas tempat tinggal, pekerjaan dan keseharian. Semuanya menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Jongdae bekerja sebagai barista –si pembuat kopi di salah satu kafe di tempat tinggalnya. Dia belum menikah. Wajahnya yang tampak muda itu membuat Minri mengira dia adalah seorang mahasiswa.

“Mungkin kapan-kapan kalian bisa mengunjungi kafe tempatku bekerja.” Jongdae memamerkan senyum lebarnya.

“Tentu, istriku adalah penggila kopi.”

“Baek,” ucap Minri dengan nada peringatan. Dia tidak perlu membongkar semuanya pada lelaki yang baru mereka kenal ini. Dan kata ‘penggila’ seolah-olah menggambarkan Minri adalah coffee addicted. Padahal Minri hanya menyukai cappuccino dengan granule yang banyak.

Jongdae tertawa pelan. Membuat Minri dan Baekhyun juga ikut tertawa.

Ketika mengitari taman, mereka tertarik pada sebuah keramaian. Ada kegiatan di taman itu. Beberapa orang tampak sibuk menanam pohon dan sisanya membagikan brosur.

“Ada kegiatan apa disini?” tanya Minri pada seorang gadis yang membagikan brosur. Gadis muda dengan rambut sepunggung.

“Kami sedang melakukan kegiatan melestarikan taman. Dan kebetulan minggu ini berlokasi disini Nona.” Gadis itu menyerahkan satu per satu brosur pada Baekhyun, Minri dan Jongdae.

Kedua lelaki itu membacanya dengan seksama. Kemudian Jongdae memperhatikan kegiatan mereka.

“Kalian para mahasiswa dari Universitas Konkuk?” tanya Baekhyun.

“Ya, Tuan.” Kemudian gadis itu menyerahkan satu kertas yang lebih besar. “Kalian bisa menuliskan kritik dan saran disini. Dengan senang hati kami akan mempertimbangkannya.”

“Anak muda yang bersemangat,” gumam Jongdae.

Baekhyun mengambil pulpen dari tangan gadis itu kemudian menghampiri meja yang ada di dekat sana, menuliskan beberapa kalimat yang dia rasa perlu. Dia tampak berkonsentrasi sebelum sebuah suara yang dikenalnya, memanggilnya dengan nyaring dan mengejutkannya.

“Baekhyun-ah!!” Baekhyun merasa bahunya ditepuk cukup keras, lalu menoleh.

“Chanyeol,” desis Baekhyun lalu menyelesaikan tulisannya, kemudian membiarkan kertas dan pulpen itu di atas meja.

“Tidak kusangka kita bertemu disini,” ucap Chanyeol dengan suara beratnya yang khas. “Hai Minri, Chanhee dan –”

Ajussi!!” pekik Chanhee lalu melompat ke tubuh Chanyeol. Anak itu cukup kenal dengan rekan kerja ayahnya –terutama Chanyeol, karena mereka beberapa kali berkunjung ke tempat tinggal Baekhyun.

Hari itu, ketika rekan kerja Baekhyun berkunjung beserta anak-anak mereka. Tempat tinggal Baekhyun seketika berubah menjadi taman bermain anak-anak dengan kumpulan ayah- ayah muda yang tampan.

Masih ingat dengan kepala staff Yixing? Dia membawa serta anak perempuannya yang cemerlang dalam bermain piano. Kebetulan di tempat tinggal Baekhyun ada sebuah piano dan Huang Wei –nama anak perempuan itu –begitu antusias memainkannya.

Do Kyungsoo dan anaknya yang gempal. Anak itu sibuk memakan kue yang dibeli Minri di salah satu toko kue yang terletak di ujung blok.

Xiumin beserta anaknya yang chubby. Dulu dia pernah mengatakan bahwa anaknya sudah bisa makan bakpau ketika berumur dua tahun. Sekarang anak itu tumbuh besar, berwajah lucu dengan gigi kelincinya. Dia suka bermain puzzle.

Jongin membawa serta anak dan istrinya –In Hwa. Minri pernah salah paham pada wanita itu, mengira dia adalah wanita simpanan Baekhyun, membuat dia dan Baekhyun nyaris bercerai. Minri merinding mengingat kejadian itu.

Tapi sekarang mereka berteman baik. In Hwa membantunya menyiapkan makanan. Sungguh Minri tidak menyangka tempat tinggalnya akan menjadi seramai itu. Bersyukur karena Jongin juga membawa In Hwa.

Dan yang tersisa adalah Chanyeol. Dia hanya datang sendiri. Chanyeol belum juga menikah. Minri pikir banyak sekali wanita yang menginginkannya. Ya, mungkin lelaki itu sedang mencari wanita yang tepat. Berharap saja semoga dia cepat menemukan pasangan hidupnya.

Karena Chanyeol hanya sendiri, Chanhee mengajak lelaki itu bermain agen rahasia –padahal dia ingin mengajak ayahnya tapi ayahnya sibuk bicara dengan Kyungsoo dan Yixing, sementara anak-anak yang lain juga memilih permainan mereka sendiri. Mungkin itu salah satu penyebab Chanhee lebih dekat dengan Chanyeol daripada teman ayahnya yang lain.

Tempat tinggal Baekhyun benar-benar ribut dan berantakan.

Baekhyun mulai berpikir bahwa dia akan mengundang rekan kerjanya seperti ini jika ada acara besar saja –misalnya perayaan ulang tahun. Karena percaya atau tidak, setelah mereka semua pergi, tempat tinggal Baekhyun mendadak seperti kapal titanic dan puing-puingnya.

 

“Hai Chanhee.” Chanyeol mengacak rambut anak itu dengan gemas, lalu mencubit pipinya.

Ajussi, kapan kita bermain agen rahasia lagi?” Chanhee mendongakkan kepalanya menatap Chanyeol.

“Nanti kalau Ajussi tidak sibuk, ya.”

Call!” Chanhee tersenyum lebar, lalu kembali bermain dengan Moonji. Dia berlari berputar-putar dengan anak anjing itu. Hampir membuat tali yang dipegangnya, melilit tubuhnya sendiri.

“Apa yang kau lakukan disini Baek?” tanya Chanyeol.

“Jalan-jalan bersama keluarga, memangnya apalagi.” Baekhyun mengganden tangan Minri. Sementara wanita itu mencubit pinggang Baekhyun diam-diam.

“Ya, mungkin saja kau ikut menanam pohon.”

“Tidak, tapi kalau kau ingin ikut silakan. Iya kan Nona?” Baekhyun tidak bermaksud mengejutkan gadis yang membagikan brosur juga kertas tadi, tapi tampaknya dia terkejut, sedikit tertangkap telah memandangi Chanyeol.

“Y-ya,” ucapnya lantas tersenyum canggung.

“Err.. aku ingin, tapi, aku harus pergi sekarang. Bye…” Chanyeol melirik jam tangannya, lantas berlari dengan langkah tergesa.

Baekhyun dan Minri mengikuti pandangannya ke arah Chanyeol yang sekarang sudah melesat dengan kaki panjangnya.

“Seenaknya saja datang dan pergi,” gumam Baekhyun.

“Baek, kita pulang sekarang ya.” Minri menyenggol lengan Baekhyun. “Jongdae-ssi, terimakasih sudah meminjamkan Moonji pada Chanhhe.

“Ya. Dengan senang hati.”

“Chan–” Minri mengedarkan pandangannya ke seluruh taman. Setahunya Chanhee berada tidak jauh dari mereka tadi. “Kemana anak itu?” gumam Minri.

“Moonji-ya…” panggil Jongdae sembari menunduk di semak-semak. “Apa kalian melihat kemana anak anjing milikku beserta Chanhee?” tanya lelaki itu.

“Baek, dimana Chanhee??” Minri tampak panik. Dia mondar-mandir, sembari melongokkan kepalanya ke balik pohon. Para mahasiswa baru saja membubarkan diri, menyebabkan taman itu menjadi sepi.

“Kau yakin dia tidak bilang apapun tadi atau meminta izin pergi?”

“Terakhir kali, dia bicara pada Chanyeol, lalu kembali bermain dengan Moonji. Baek…” Minri menggoyang lengan Baekhyun dengan wajah putus asa.

“Stt! Kita cari mereka bersama-sama.” Baekhyun merangkul bahu Minri.

“Kim Jongdae-ssi, kau cari di sebelah sana. Aku dan Minri ke arah sini.”

“Baiklah.”

 

Menit-menit berlalu dengan kecemasan. Mereka sudah memutari taman itu sebanyak dua kali, dua kali pula berpapasan dengan Jongdae dan mereka belum juga menemukan Chanhee –serta Moonji.

Minri duduk di trotoar. Kakinya sudah tidak bisa lagi bertoleransi untuk berjalan apalagi berlari.

“Kita istirahat sebentar.”

“Tidak bisa Baek, kau harus segera menemukan Chanhee. Tidak apa-apa jika aku menunggu disini saja”

“Sendirian disini? Di tempat sepi ini?–Tidak.”

“Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada anak itu? Aku tidak bisa membayangkan Chanhee yang hanya bersama anjing, tersesat di jalan seramai Seoul. Bagaimana kalau–”

Baekhyun merengkuh Minri ke dalam pelukannya. Meredam ucapan Minri di tubuhnya. Begini lebih baik, pikir Baekhyun. Dia mengusap punggung gadis itu, lantas menepuk-nepuknya pelan.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hingga suara panggilan anak kecil yang mereka kenali membuat mereka sontak menoleh. Baekhyun bahkan sampai berdiri.

Eomma! Appa!

Chanhee syukurlah…

Chanhee segera menghampiri ibunya. Dan tersenyum lebar. Namun senyum itu perlahan luntur saat dia melihat jejak air mata di pipi Minri.

Eomma kenapa menangis? Eomma baru saja jatuh ya, atau Appa sudah berbuat jahat? Eomma–”

Minri memeluk Chanhee erat-erat, tapi Chanhee sedang tidak bisa membalas pelukan itu. ada es krim di tangan kanannya. Nanti kalau es krim itu mengotori baju Minri, Chanhee bisa diomeli, pikir anak itu

“Chanhee jangan menghilang lagi….”

“Maafkan Chanhee, tadi Chanhee ingin membeli es krim. Dan Noona ini mau mengantarkan Chanhee.”

Minri melepaskan pelukannya, lalu mencubit hidung anak itu.

“Harusnya Chanhee katakana pada Eomma dulu,” ucap Minri gemas. Minri menoleh ke belakang. Dia ingat gadis yang mengantarkan Chanhee membeli es krim adalah gadis yang membagi brosur. Seorang mahasiswi Konkuk.

Dia membungkuk singkat pada Minri dan Baekhyun. Tangannya memegang tali Moonji. Dan Minri beserta Baekhyun harus bersyukur lagi karena anak anjing itu tidak hilang.

“Terimakasih telah mengantarkan anaku, Nona. Siapa namamu?” tanya Minri. Dia berusaha bangkit dari duduknya, dengan dibantu Baekhyun.

“Nama saya Ahn Sungyoung –mahasiswi Konkuk. Jurusan pertanian.”

“Wah, senang bertemu denganmu. Namaku Minri, dia suamiku –Baekhyun. Dan putra kami, Chanhee.”

Ne, bangapseumnida….” Sungyoung membungkukkan badannya lagi.

“Moonji-ya!”

Jongdae datang dengan setengah berlari, sementara Moonji juga berlari ke arah pemiliknya itu. Sungyoung melepaskan pegangan tali di tangannya. Dan terjadilah haru biru pertemuan anjing dan pemiliknya. Jongdae mengangkat Monnji lalu mengusap-usap kepalanya dengan sayang.

“Jongdae-ssi, maafkan kami. Tidak seharusnya kami membiarkan Chanhee bermain dengan anjing itu hingga menghilang dan membuatmu khawatir.”

“Tidak apa-apa, Baekhyun-ssi. Sungguh. Untunglah Chanhee tidak apa-apa.”

“Terimakasih.”

Well, aku pergi dulu, ya. Senang bertemu kalian. Semoga kita bertemu lagi.” Jongdae melambaikan tangannnya. Dia menurunkan Moonji dan berjalan beriringan.

Annyeong Moonji….” Gumam Chanhee.

“Aku juga harus pergi.” Sungyoung mengacak rambut Chanhee pelan, lalu melangkah mundur.

“Sekali lagi terimakasih Sungyoung-ssi.

“Sungyoung Noona! Terimakasih es krimnya.”

Oh astaga! Minri lupa, Chanhee pasti tidak membawa uang. Dan bagaimana dia bisa minta seseorang mengantarnya membeli es krim sekalian membelikannya.

Bye, bye…” ucap Sungyoung lalu melangkah pergi.

“Nah! Sekarang kita juga harus pulang,” ucap Minri.

“Kita mampir ke kafe dulu, bagaimana?” Baekhyun merangkul pinggang Minri. Sementara Chanhee berada beberapa langkah di depan mereka. Chanhee belum selelsai menghabiskan es krimnya.

Ng… baiklah. Aku juga lapar.” Minri menyengir, membuat Baekhyun tidak tahan untuk tidak mengusap puncak kepala gadis itu dengan gemas, walaupun akhirnya dia dihadiahi sebuah jitakan manis.

“Baek,”

“Hm?”

“Aku berpikir untuk membelikan Chanhee seekor anjing. Kurasa itu adalah salah satu solusi yang mudah agar dia tidak kesepian lagi berada di apartment. Dan aku bisa fokus pada karya keduaku.”

“Kita masih punya satu projek perihal itu. Kau masih ingat tentang memberikan Chanhee seorang adik ‘kan? Aku akan berusaha keras untuk hal itu. Sungguh.”

Baekhyun mencuri ciuman kilat di bibir Minri, lantas mengambil langkah seribu menjauh dari gadis itu sebelum dia mendapat amukan.

“Baekhyun!!” Minri menyeret langkahnya. Kakinya masih terasa pegal akibat berlarian mengitari taman saat mencari Chanhee tadi. “Kakiku masih sakit.” Minri merengek. Hal itu membuat Baekhyun tidak tega, dan harus kembali menghampiri Minri.

“Aww!!” Baekhyun meringis tepat saat dia tiba di depan Minri karena gadis itu baru saja mencubit perutnya. Berharap saja perutnya itu tidak bertanda merah membiru karena sering menjadi sasaran.

Chanhee menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Matanya mengerjap polos, menatap Minri dan Baekhyun bergantian. Sebelum Chanhee mengira mereka bertengkar lagi, Minri telah mengait lengan Baekhyun lalu tersenyum.

“Ada apa Chanhee, Honey?”

“Adik Jessy sudah bisa merangkak, Eomma.”

Minri menoleh pada Baekhyun –yang hanya bisa mengendikkan bahu sembari tersenyum menang.

Anak itu telah membicarakan adik lagi.

***END***

Keep calm and love Baekhyun!

Hello Baek-stan? Are you okay? Yes, we are okay because we are strong.

Pertama, mau bilang, tolong jangan bash Baekhyun. Jika memang sudah tidak sanggup nge-stan dia, maka tinggalkanlah. Jangan katakan hal buruk tentang dia!

Kedua, mau minta maaf karena aku sempat bilang kalau aku mau berhenti menulis. Jujur saat itu aku dalam keadaan tertekan. Tertekaaan banget.

Baekhyun tetap milik kita kok.

Baekhyun milik Minri. Baekhyun ayah Chanhee. Udah. (maksa-_-)

Do not call me thor. Tapi entah kenapa aku mau jadi thor, pahlawan bawa palu yang kuat. Haha XD

Semuanya akan baik-baik saja. Yakin kita bisa menghadapi semua ini. Kesetiaan kita sedang diuji, kawan-kawan.

Sorry for typo.

Thanks for read.

©Charismagirl, 2014.

Penulis:

Being fangirl is not easy as looks, so respect each other is better. EXO-Love. Byun Baekhyun❤

269 tanggapan untuk “US | Sunday Morning

  1. HUAAAA BARU BACA YG INIII… T_T
    cerita nya aku abis mogok baca ff bbh kakaa… (boleh panggil kk? aku 96l) 😀
    tapi aku gak tahan ngambek lama-lama sama diaa.. GAK TAHAN!! :”v *gagal move on*
    Suka bangeet sama series Byun’s family.. hahahaaa chanhee minta di kardusin bangeet siih.. imuuutnya gak ketulungan. Boleh lah yaa aku tungguin ampe chanhee gede.. :p (keburu tua akunya)
    Dan yaap.. ini aku lagi puasa loh ka, trus bayangin baek piyamanya gak di kancing itu sumpaah yaa errrr bangeeet…. wkwwkwkwk >///<
    Baek, bisa aja siih nyuri skinship sma minri… dan reaksi minri jga gak kalah ngegemesin waktu di goda sma baekhyun. pokoknya mereka ituu sweet bangeeet.. untung aku gak diabetes baca ff kk inii.. hahahahaaaaa… 😀
    Pokoknya ff ka rima itu ALWAYS DAEBAK.. (y) ♥♥♥
    kk jangan bosen bosen bikin ff cast baekhyun yaaa.. jangan berenti jadi author juga.. sayang looh ka sma bakat kk ini.. Keep writing yaa ka rimaa.. FIGHTING^^ ♥♥♥

  2. sungguh keluarga yang bikin tetangga pada ngiri semua…
    aku juga mau donk punya suami kaya baekhyun….ngarep bgt
    hehe…nice thor (aku ga tau nama kamu dek)

  3. huahaha (?) *ketawa geje -_- walaupun aku bukan baekhyun-stan (?) aku tetep setrong kok #plak.
    Baek kenapa suka banget ngomongin adik, semangat gitu ye -_- kayak Chanhee. Ntuh anak ngegemesin banget. Juga buat Yeol, cepat lepas status jomblo kerenmu nak. Itu Chanyeol sian amat diajak main sama Chanhee wkwkw (?)
    Jangan putus nulisss, semangat eonni! :3
    ini mungkin komen paling gajelas, maafkan saya -_-“

    1. makasih udah keep setrong yaks.
      ya kan itu… menurut dia asik, apalagi prosesnya *apasih-_-
      hehe chanyeol tipikal wajah suka anak-anak sih.
      aku punya rencana bagus buat percintaan yeolli 😀

      semangat!
      makasih :3

  4. aku selalu setia sama baekhyun ko eonni, terutama exo. selalu setia walaupun ada masalah seberat apapun hehehe. buat ff ini aku suka bgt beneran tapi asa ada yg kurang gimanaaaa gitu. baekhyun sama minrinya kurang ada greget sweetnya 😦 tapi keren ko. tentang baekyeon, aku juga sempet kaget, tapi mau gimana lg? itukan hak mereka, kita sebagai real fans harusnya lebih bisa menghargai keputusan mereka. ya ga eonni? hehehe 🙂

    1. baekhyun minri gabisa terlalu sweet’-‘) ada chanhee nanti aku kepasan adegan XD

      mau gak mau aku mesti bilang ya 😦
      aku ga rela sih padahal, tapi lebih ga rela orang2 ngebash baekkie.

  5. Jangan percaya sama itu eonnie.. temen2 ku yakin kalo itu tuhh disuruh.. masa ada penampakan manager disitu.. berarti mereka emang disuruh dan seharusnya kalo beneran mereka mikir kalo sasaeng mereka itu banyak dan gak mungkin lolos gitu aja.. aku tau baekhyun sone walaupun disuruh dia juga seneng tapi itu bukan berarti mereka jatuh cinta beneran.. dan walaupun beneran kita juga harus seneng karena bbh juga seneng.. karna nanti dia juga punya pasangan hidup sendiri2 begitu juga kita.. itu buat nutupin kasus kris aja dan kalo eonnie berani gak bikin FF lagi.. aku bakal samperin eonnie biar bikin FF lagi *ngancem* RALAT-kalo punya ongkos aja- dahh yang intinya kalo ff eonnie gaada lagi aku mau baca FF siapaahhh?? T.T. Eonnie kan jjang!! Hehehe ^^

    1. iya, aku juga yakin itu settingan.
      kasian banget kan bbh. jadinya di bash sana sini, depresi, gabisa senyum.
      pls aku sakit hati banget liat dia kayak gitu udah kya ga ada jiwa ,<
      HEHE MAKASIH BANYAAAK DOH TERHARU AKUNYA NIH :3

  6. Oke lupakan masalah Baekhyun! Fokus sm fanfictnya kak rima, yes!

    It’s so sweet, adorable, aaaaaa pokoknya keep writing! Lafya ❤

Tinggalkan Balasan ke anisa lia Batalkan balasan