Diposkan pada Baek Hyun, Chan Yeol, EXO-K, fluff, kanemin, Oneshot

sweet!

lalala

Title: Sweet|Cast: Park Chanyeol, Hyeri (OC)

Author: Kanemin

Other cast: Byun Baekhyun|Genre: fluffy fluffy

Length: one shot|Disclaimer: cast nya pinjemin, tapi semua ide punya aku 😀

Aku benci park chanyeol sebanyak aku membenci serangga dan semua bintang yang ada didunia ini.

-0-

Sore itu langit begitu cantik melukiskan warna jingga kemerahan yang sangat indah. Seperti biasa, aku mulai menyirami setiap tanaman dan juga bunga-bunga yang ada di halaman belakang rumahku yang kutanam bersama baekhyun, kakakku.

Kami hanya tinggal berdua di korea, orang tuaku karena pekerjaannya harus menetap di inggris, dan aku tak suka Negara itu. jangan Tanya kenapa karena aku hanya tak suka, wajahku terlalu berbeda dengan mereka dan itu membuatku tak nyaman.

Baekhyun yang mengurus semuanya di korea, segala keperluan, dan juga urusan sekolahku. Kami berada di sekolah yang sama, namun aku baru saja masuk tahun ini sedang dia sudah berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Baekhyun laki-laki yang tampan dan begitu terkenal, banyak sekali yang histeris saat kukatakan kalau ia adalah kakakku, dasar gadis-gadis bodoh. Mereka belum mengenal saja baekhyun yang sesungguhnya, yang hanya seorang laki-laki hiperaktif aneh yang sering menghabiskan banyak waktunya di depan tv dan mengagumi gadis-gadis yang menari. Untung saja dia kakakku, setidaknya karena aku masih mengingat pertalian darah yang kami miliki dan rasa tanggung jawabnya yang begitu besar, aku masih tahan dengannya.

Tapi tidak dengan satu lagi lelaki bodoh bernama park chanyeol, yang hampir 12 jam dalam satu hari hidupnya selalu di habiskannya di rumahku.

Dia bagai serangga dan karena itulah aku membencinya. Dia sangat tidak berperasaan dan juga sopan santun. Bagaimana mungkin diawal perkenalan 3 tahun yang lalu, dia sudah mengatakan kalau aku adalah gadis pendek, kurus tak berisi, dan tak memiliki daya tarik apapun. Aku langsung membencinya ketika itu.

Aku tidak tahu dimana baekhyun bisa menemukan orang seperti chanyeol, dan mereka malah berteman sangat baik. Kuulangi sekali lagi, berteman sangat baik,  yang kelihatan menggelikan bagiku.

“oppa, kau bisa angkat kue yang sedang kupanggang? Sudah saatnya dikeluarkan dari oven.” Suruhku pada baekhyun yang sedang duduk santai di teras belakang rumah.

Aku melihatnya mengangguk singkat dan tak lama ia sudah menghilang dari tempatnya, aku beruntung memiliki kakak sepertinya, dia selalu bisa diandalkan.

“hai park hyeri.” Aku benci suara itu dan aku benci panggilan itu.

Aku tidak menolehkan kepalaku sedikitpun, berusaha larut dengan kesibukan menyiramku, walau sebenarnya sudah hampir selesai. Aku tahu suara siapa itu, suara yang berat dan terdengar sangat tidak cocok dengan wajahnya yang selalu terlihat konyol.

“ya!”

“kamjagiya, ya!” bentakku, tiba-tiba saja chanyeol sudah menampakkan wajahnya tepat dihadapanku, dia sungguh sangat menjengkelkan.

Mendengar bentakanku, chanyeol malah menahan senyumnya. Dan memainkan alisnya naik turun, “kau tak perlu sekaget itu park hyeri.”

“sekali lagi kudengar kau menyebutkan nama itu, akan kusiram kau. Aku Byun Hyeri.” Sungutku kesal, ah aku memang selalu kesal saat bicara padanya.

“eiiih, park hyeri terdengar lebih baik. Ah dimana baekhyun?”

Aku mendengus keras, “molla, cari saja sendiri.”

Chanyeol menatapku dan berdecak, “ketus sekali, pantas tak ada laki-laki yang mau denganmu.”

Aku membulatkan mataku besar-besar, tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. “ya!” teriakku, sayangnya sebelum sempat aku menyemprotkan air kewajah bodohnya itu dia sudah berhasil kabur dari hadapanku.

Sungguh mati aku membencinya.

-0-

Sore itu akan ada pementasan seni di sekolahku, dari berita yang kudengar di sepanjang koridor, baekhyun akan tampil menyanyi. Dia memang memiliki suara yang sangat bagus, aku sering menyarankan padanya untuk menjadi bintang saja, tapi baekhyun selalu menolak dengan alasan “nanti aku sulit punya pacar.” Katanya. Bahkan tidak menjadi bintang saja dia sudah sulit mendapatkan pacar.

Aku berdiri di ujung ruang pementasan, terlalu sesak di dekat panggung. Setelah pembawa acara mengucapkan beberapa kalimat pembukaan, kulihat baekhyun naik ke atas panggung. Dia langsung mendapat banyak teriakan. Aku sedikit merasa tersanjung sebagai adiknya. Aku tersenyum Namun senyumku langsung berubah masam saat kulihat orang yang berjalan di belakangnya sambil membawa gitar, lak-laki bodoh bertopi hitam bernama park chanyeol.

Aku menatap tak percaya kearah panggung, apa yang dia pikir akan dilakukannya? Batinku, sejak kapan chanyeol bisa bermain musik? Aku menggelengkan kepalaku, penampilan baekhyun pasti jelek gara-gara dia.

Di petikan gitar pertamanya yang kudengar, chanyeol bagai bertransformasi menjadi orang lain. Tak ada lagi tatapan konyol yang selalu tersorot dari matanya, tak ada lagi senyuman bodoh yang selalu tersungging di bibirnya, dan tak ada lagi ocehan-ocehan menyebalkan yang selalu keluar dari mulutnya. Aku seperti melihat chanyeol yang lain.

Suara petikan gitarnya yang begitu halus, matanya yang terpejam menghayati setiap lirik yang diucapkan baekhyun, dan senyuman tipis yang terlihat di bibirnya, aku tak percaya bahwa aku sedang memerhatikan park chanyeol yang bodoh. Aku sungguh tak percaya.

Baekhyun membawakan lagunya dengan sangat baik, dan jangan sampai ada yang mengatakan pada chanyeol kalau aku memujinya karena berkat permainannya, aku merasa lagu yang dibawakan baekhyun jadi lebih sempurna. Chanyeol berdiri dari duduknya, dan entahhlah hanya aku yang merasa atau memang benar adanya, mata bulatnya langsung menatapku dalam dari kejauhan. Dia tersenyum, dan entah aku bodoh atau apa tapi aku ingin mengakui kalau aku ingin  senyuman itu untukku, hanya untukku.

 

“permainanku bagus kan?” tanyanya, kami sedang menunggu baekhyun yang sedang ada urusan sebentar dengan teman kelasnya.

“tidak.” aku menyilangkan tanganku di depan dada, jengkel karena baekhyun harus meninggalkanku dengan chanyeol.

“ah, kau bahkan tidak berkedip menatapku. Jangan berpura-pura.”

Aku tak menanggapinya lagi, malas.

“hyeri-ya, lagu yang tadi dibawakan baekhyun adalah ciptaanku. Dan itu untukmu.”

“…”

“chanyeol-ah, hyeri-ya kaja.” Suara baekhyun tiba-tiba masuk kedalam telingaku.

Kurasa pendengaranku sedang kacau, apa yang chanyeol bilang tadi? Untukkku? Apa? Lagu?

Saat aku ingin memintanya mengulang ucapannya, chanyeol sudah masuk kedalam mobil.

-0-

“kadang aku selalu berpikir, kenapa kau dan chanyeol tak pernah bisa akur, hyeri-ya.” Ucap baekhyun saat kami sedang menonton tv bersama, dan akhirnya aku bisa bernafas lega karena chanyeol tak ada.

“ah, kau pasti tahu alasannya oppa.” Balasku asal sambil sibuk menonton acara tv. “aku  juga selalu berpikir kenapa kau bisa dekat dengannya, dia aneh dan konyol dan menyebalkan.”

“tapi kalau aku suatu saat memercayakan kau padanya, kau kan harus selalu bersamanya.”

“huh? Jangan gila, bermimpi saja aku tak ingin. Dan jangan pernah mencoba, aku tak akan sudi.”

Baekhyun hanya tertawa kecil, dan mengacak rambutku lembut. Aku tertawa masam menanggapinya, percayalah bahasan mengenai chanyeol memang terlalu mengangguku dan membuatku kehilangan moodku.

Dan aku menjadi semakin terganggu saat dua hari kemudian baekhyun pergi ke inggris  menjenguk orang tua kami dan dia sama sekali tidak mengatakan apapun padaku sebelumnya. Aku berteriak padanya keras, hal yang tidak pernah kulakukan selama ini. baekhyun hanya menanggapinya tenang dan meminta maaf.

“chanyeol yang akan menjagamu selama aku tak ada. Jangan jauh-jauh darinya.”

Aku membanting pintu kamarku, tak ingin lagi melihat wajahnya. Aku terlalu marah.

Aku mengurung diriku di kamar sampai langit gelap. Sadar belum memasukkan satu makanan pun kedalam perutku, aku merasa sedikit lapar. Aku membuka pintu kamar, dan langsung terkejut saat kulihat chanyeol sedang duduk di sebelah pintu kamarku. Dia juga kaget dan langsung berdiri saat melihatku keluar,

“baekhyun baru akan tiba besok di inggris,”

Aku tak menanggapinya dan terus berjalan kearah dapur. Membuka kulkas dan mencari apa yang bisa dimakan.

“persediaan makanan kalian sudah habis, sebaiknya kita makan diluar.” Ucapnya lagi, aku masih tak ada keinginan untuk menanggapinya. Dia benar, sudah tak ada yang bisa dimakan kecuali beberapa buah yang masih tergeletak di bagian bawah kulkas.

Aku mengunyah apel di tanganku cuek.

“kalau kau bersikeras dengan sikapmu, kau hanya akan kelaparan. Ya sudah, aku pergi dulu mencari makan. Selamat kelaparan hyeri-ya.” Dengan entengnya chanyeol melenggangkan kakinya keluar rumah. Dia bahkan tak ada niatan untuk memaksaku agar makan, dan baekhyun meninggalkanku entah sampai kapan dengannya, aku pasti mati kelaparan.

 

Baekhyun pergi sangat lama, sudah sekitar satu minggu. Aku jadi lebih sering menghabiskan waktuku di luar rumah. Karena Chanyeol ada di rumah dan aku malas melihatnya.

Tadi pagi kulihat chanyeol sedang makan siang bersama seorang gadis di kantin sekolah, aku tertawa geli. Ternyata ada juga gadis yang tertarik padanya. Dia memang cukup tampan, tapi dia juga cukup bodoh disaat yang sama.

“gadis tadi bukan siapa-siapa.” Entah kapan chanyeol pulang namun saat aku baru memasuki gerbang dia sudah berdiri disana.

“aku tak peduli.”

“hah mengurusimu satu minggu saja sudah membuatku lelah, bagaimana kalau aku harus mengurusimu sepanjang hidupku?”

Aku tertawa sinis, “aku juga tak sudi diurus olehmu.”

“aigoo, sekarang aku tahu kenapa kau tak juga punya pacar. Ya, berhentilah bersikap ketus seperti itu, kau sudha tidak cantik dan sikapmu membuat kau tambah tak cantik.”

“ya! Diam kau!”

Laki-laki gila. Apa dia tak bisa sedikit saja menjaga ucapannya? Apa dia sadar bahwa ucapannya begitu menusuk perasaanku, dan membuatku semakin punya alasan untuk membencinya.

-0-

Aku senang membuat kue, baekhyun bilang hobi itu menurun dari ibuku. Aku suka semua hal yang manis.

Sore itu aku sedang berkutat dengan buku resep, mencoba membuat kue jenis lain yang belum pernah kucoba. Cupcake. Selama ini aku hanya sering membuat kue-kue kering yang juga lebih sering berakhir di mulut chanyeol. “dari sekian banyak kekuranganmu, ternyata ada satu hal yang bisa dibanggakan. Kuemu sangat manis, hyeri-ya.” Begitu katanya suatu hari saat dia pertama kali mencicipi kue cokelat buatanku. Aku sungguh tak butuh pujian darinya.

Semua cupcake ku sudah selesai dan siap di hias. Saat aku baru saja kan mulai menghias, handphoneku berdering, tanda sms, baekhyun.

‘kau ingat kan hari ini chanyeol ulang tahun, katakan padanya kado dariku akan menyusul, aku tak bisa menghubunginya sejak tadi. Gomawo hyeri-ya, ah apa harimu menyenangkan bersamanya? Kuharap iya, eomma titip salam untukmu dan chanyeol. Aku akan pulang lusa, saranghae hyeri-ya ^_^’

Aku mendengus pelan, dan meletakkan lagi handphoneku. Isi pesannya yang sepanjang itu hanya seputar chanyeol dan chanyeol, aku heran yang sebenarnya adiknya itu chanyeol atau aku?! aku menghentak kakiku keras. Dasar laki-laki.

Eh? ulang tahun? Siapa? Chanyeol?

Aku membaca lagi isi pesan baekhyun, dan mengerjap tak percaya, chanyeol sungguhan ulang tahun hari ini? aku berdecak, walaupun dia menyebalkan dan aku membencinya, tapi aku tak akan bisa lupa perayaan ulang tahunku tahun lalu, walau aku tak ingin percaya, tapi baekhyun bilang chanyeol lah yang menyiapkan segalanya. Perayaan paling manis yang pernah kudapatkan.

Aku menghela nafasku, kurasa sekarang aku tahu kepada siapa harus kuberikan cupcake-cupcake ini.

Pukul 7 malam seperti biasa chanyeol akan datang ke rumah, dan hanya duduk-duduk santai di teras belakang. Aku memang melarangnya berada dekat-dekat denganku, karena rasanya tak nyaman. Bagaimanapun tak ada baekhyun sekarang dan tetap saja, sesadis apapun chanyeol sudah menghinaku, aku tetaplah seorang perempuan dan dia laki-laki.

Aku berdehem pelan saat sampai di teras belakang, chanyeol sedang memainkan gitarnya, akhir-akhir ini dia jadi sering bermain gitar.

“chanyeol-ah.” Panggilku.

“hm?” dia menolehkan kepalanya.

Aku menyembunyikan kotak yang berisi beberapa cupcake di belakang tubuhku. “kau tahu kan aku membencimu?”

Chanyeol menaikkan alisnya, dia memandangku, dan kemudian tersenyum, “hm.” Katanya sambil mengangguk.

“kau tahu kan aku sangat-sangat membencimu?”

Chanyeol menghela nafasnya, “hm.”

“kau tahu kan aku sangat-sangat-sangat-sangaaaat membencimu?”

Dia berdecak, “hm. Ara . wae?”

“saengil chukkae.”

Aku menyodorkan kotak cupcake-ku tepat ke depan wajahnya. “jangan salah paham, aku juga lupa kalau kau hari ini ulang tahun. Baekhyun yang mengingatkan. Aku tak sengaja membuat ini, jadi—“

“hyeri-ya.” Katanya, memotong ucapanku.

Dia pasti mencelaku. Dia pasti mengataiku. Dia pasti mencibirku. Dan dia pasti.

“gomawo.”

Belum sempat aku menyelesaikan segala macam firasatku tentangnya chanyeol memotong lagi.

Aku menatapnya heran. Tak ada satu pun hinaan yang keluar dari mulutnya. Dan itu sangat aneh. Yang kulihat malah hanya senyuman cerah yang di sunggingkannya.

“aku boleh memakannya?”

Aku mengangguk singkat. Mengiyakan.

Chanyeol mengambil satu cupcake dengan hiasan paling sederhana yang kubuat. Padahal beberapa sisanya, terlihat lebih cantik dan menggiyurkan.

“masih banyak cupcake dengan hiasan lebih cantik, kenapa kau malah memilih cupcake dengan hiasan paling sederhana?” aku juga tak mengerti kenapa, tapi lidahku gatal sekali ingin bertanya.

“beginilah caraku memilih gadis.”

“cih.” Dengusku. “kau bahkan selalu menghinaku jelek, jelas sekali kalau kau adalah penggila wanita cantik.”

“ah, kau masih kecil, jadi tak mengerti. Suatu saat akan aku jelaskan ya park hyeri.”

Aku memutar bola mataku malas, terserahlah.

“kau tak mau mencobanya?”

Chanyeol menyodorkan kue yang ada di tangannya, yang baru digigitnya sekali. “aku sudah makan tadi.”

“ayolah, tidak asik kalau aku memakannya sendiri, kue seenak ini harus dinikmati bersama. Lagipula, aku kan si pria yang sedang berulang tahun. Kau juga harus bersikap baik padaku, untuk hari ini saja.”

“aku justru sudah terlalu baik padamu tahu.”

Aku menatapnya sengit. Baiklah. Hanya kali ini saja.

Aku memajukan kepalaku dan menggigit cupcake yang dipegangnya.

Cupcake ku memang sangat enak. Dan manis.

“ada krim di bibirmu.” Katanya.

Saat aku hendak mengelap bibirku, chanyeol menahannya, “biar aku saja.” baiklah, untuk pria yang sedang berulang tahun.

Aku menurunkan tanganku, dia menjulurkan tangannya yang bebas, saat beberapa senti lagi tangannya menyentuh bibirku, dia menurunkannya.

Chanyeol tersenyum dan dengan gerakan cepat dia menyapukan bibirnya pelan pada bibirku.

Aku membulatkan mataku, mengerjap tak percaya dan seketika lupa cara bernafas. Chanyeol menjauhkan wajahnya lagi, tadi bahkan aku bisa merasakan aroma mint dari nafasnya. “manis.” Begitu katanya.

Oke. Aku suka manis. Kue itu manis dan krim yang kugunakan juga manis. Tapi.

Kenapa aku baru tahu kalau ada hal lain yang lebih manis?

Chanyeol menatapku.

“kalau kau ingin lagi. katakan saja.”

-0-

-End-

Everything for the birthday boy. Haha Happy happy born day park chanyeol. well, actually this is a gift for my friend, the one who told me to make a fic with another cast besides do kyungsoo, haha.. well sorry for an absurd story, jeongmal jeongmal mianhae  >< hope u like it  🙂

Penulis:

just please don't talk shit about my bae

48 tanggapan untuk “sweet!

  1. Huaaaa lagi ngecek truly i love you ngga sengaja baca ini. Dialog yg “beginilah aku memilih gadis” huaaaaaaaaa langsung melting. Authoooooor truly i lobe you chap 11 pleaseeeeeeeee ~

Tinggalkan Balasan ke Aurora Batalkan balasan