Diposkan pada Adventure Book, Chapter, Drama, EXO-M, Family, friendship, Hurt/Comfort, Lay, Lu Han, Sad Romance

Between Love & Friendship [Chapter 3]

request between love and friendship

Title                       :  Between Love & Friendship

Author                  : @ulfahanum1 (DreamGirl)

Main cast             :

  • Zhang Yi Xing a.k.a Lay
  • Im Yoon A
  • Xi Lu Han

Support Cast      :

  • Kim Kibum a.k.a Key
  • Lee Jinki a.k.a Onew

Rating                   : T

Genre                   : Romance , Friendship, sad

Length                  : Chapter

Disclaimer           : Annyeonghaseyo. DreamGirl Back Back Back~ . Oke, maaf untuk postingan yang terlalu lambat. Ini semua diakbibatkan UAS loh yaa. Nah, di chapter ini ceritanya Lay ama Lulu ngerayain ultah Yoona. Tapi semuanya gagal gitu karena sesuatu hal. Langsung aja deeeh baca FF dibawah ini…

*\(^o^)/*

Lay Pov

Perutku terasa kram karena mengingat pesan Luhan tadi. Ini benar benar mengocok perutku. Deeg! Tawaku terhenti seketika saat membaca pesan dari Yoona.

From     : Little Yoon A

Yixing-ah, semalam Omoni menelfonku dan mengatakan bahwa kau ada dirumah sakit saat ini karena jatuh pingsan. Kau baik baik saja bukan? Apa kau butuh aku untuk kesana menemanimu? Jika iya, balas pesanku ini. Aku akan segera kesana jika kau menyuruhku.

Kualihkan pandanganku pada sosok yeoja paruh baya disebelahku. Sepertinya beliau mengerti dengan maksud tatapanku. Beliau hanya menganggukan kepalanya dan kembali sibuk dengan kegiatannya mengupas apel dan beberapa buah lainnya.

“Eomma….Wae?” keluhku pada beliau.

“Hah, sudahlah. “ sahut Eommaku dengan desahan kesal.

Kuletakkan ponselku diatas kasur dengan sedikit kesal. Ingin rasanya aku pergi dari rumah sakit ini sekarang juga mencari tempat yang bisa membuatku berteriak melepas rasa kesal yang berkecamuk didalam hati ini. Semuanya tidak mengenalku! Yang mereka tahu hanyalah ‘melindungiku’!

Kurebahkan kembali badanku diatas ranjang. Kali ini aku membelakangi Eommaku lebih tepatnya menghadap kearah jendela besar yang ditutupi garden sehingga cahayanya tertahan kedalam ruangan ini.

“……..” kututup mataku perlahan. Kucoba tepiskan rasa kesal dipikiranku. Tapi semuanya terasa sia-sia.

CKLEK!

Bunyi pintu terbuka? Aku tidak mengacuhkannya. Ada Eomma yang akan menyambut suster dan Dokter yang akan memeriksaku.

“Omoni Annyeonghaseyo…” sapa seseorang yang ditujukan kepada Eommaku. Suara ini? Yoona? Dia disini?

Dengan cepat kubalikkan badanku memastikan siapa yang datang kesini. Dan BRAVO! Dugaanku benar! Seorang yeoja berambut panjang yang diblow dengan celana jeans abu abu dan baju kemeja putih memandangku dengan senyuman tipis dibibirnya. Yoona, dia Yoona.

“YA! “ teriakku saking tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.

“Eoh. “ sahutnya pelan dengan wajah yang tak kalah kagetnya.

“YA! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI? “ teriakku dengan sedikit nada tinggi.

“Ssst, Zhang Yixing…” tegur Eommaku yang membuatku langsung mengatupkan kedua mulutku.

“Apa yang kau lakukan disini Nona Im Yoona? “ bisikku dengan sangat pelan. Yoona mendekat kearahku.

“Menjengukmu sekaligus menemanimu hari ini.” Bisik Yoona lembut tepat ditelingaku.

“Hei. Babo!” rutukku dan mengacak rambutnya pelan.

“Waeyo? “ tanyanya dan langsung menjauh dariku. Aku hanya menggeleng pelan dan tersenyum tipis kearahnya.

“Anio. “ gelengku dengan cepat. Kuperhatikan wajahnya lekat lekat, Dia hanya tersenyum simpul dan menjetik kepalaku dengan keras.

“Tsk.” Desisku kesal dengan sikapnya yang satu ini.

“Ingin keluar jalan jalan Zhang Yixing? “ tawarnya kepadaku.

“Jinjjayo? Geurae.” Jawabku dengan sedikit antusias. Hah, disini membosankan. Aku tidak ingin tiduran lebih lama dirumah sakit.

Yoona menyuruhku duduk diatas kursi roda, dan dialah yang mendorongku dari belakang. Haha, ini mengasikkan. Dimanja oleh sahabatku sendiri.

“Yixing-ah, apa sakitmu ….” Ucap Yoona kepadaku yang dipotongnya saat menyadari raut wajahku yang berubah seketika.

“Mian.” Serunya dan kembali melanjutkan mendorong kursi roda ini.

Suasana tiba tiba menjadi hening. Tidak ada suara kicauan dari mulut Yoona. Kulirik sekilas Yoona yang sekarang tengah sibuk dengan layar ponselnya namun tetap mendorong kursi roda ini.

“Nugu? “ tanyaku padanya. Yoona menatapku sekilas dan langsung menyembunyikan ponselnya kedalam saku baju kemejanya.

“Ani.” Jawabnya sedikit gugup. Demi apa aku bersumpah bahwa Yoona menyembunyikan sesuatu dariku, tersirat jelas dari raut wajahnya yang gugup saat kutanya siapa yang mengiriminya pesan.

“Hmm…” dehemku pelan dan kembali mefokuskan mataku menuju jalan didepan sana.

Kutatap heran pemandangan didepanku saat ini. Beberapa orang tampak kalang kabut didepanku dengan sebuah nampan(?). Sial, Yoona membawaku ke Kantin Rumah Sakit yang dipenuhi oleh orang orang.

“Cha Zhang Yixing, kau ingin pesan apa? Aku lapar jadi aku membawamu kesini dulu.” Serunya dengan sedikit senyuman.

“Tidak. Aku tidak ingin memesan apapun. Apa kau lupa sekarang ini aku adalah seorang PASIEN?” balasku dengan sedikit penekanan diakhir kata.

“Sepertinya aku lupa.” Cibirnya.

“Tsk.” Ketusku. Yoonapun pergi meninggalkanku menuju tempat dimana beberapa orang tengah berkumpul menunggu makanan.

Drrrt…Drrrt…Drrtt..

Tunggu dulu, Yoona meninggalkan ponselnya diatas meja. Tanganku terasa gatal untuk meraba dan membuka ponsel itu. Tapi, bukankah itu privasi bagi Yoona? Aakh! Aku tidak ingin mati penasaran!

From     : Kibum

Ne. Apa kau sibuk? Apa aku mengganggumu? Jika aku mengganggumu, maafkan aku.

Kibum? Siapa Kibum? Apa Kibum nama jenis kucing terbaru? Atau sejenis Unggas yang tidak kuketahui? Apa aku ketinggalan berita terbaru? Apa apaan ini? Kibum? Namja? Yeoja? (Author Saraf!-_-)

Aku terus mencek pesan pesan yang dikirimkan dengan nama ‘Kibum’ itu. Aku hanya bisa mengernyitkan dahiku bingung. Bingung karena sosok entah yeoja atau namja itu terlalu perhatian kepada Yoona, sahabat kecilku.

“YA!” teriak Yoona dan sontak langsung merebut ponselnya dari tanganku dengan kasar.

“Waeyo?” tanyaku seolah olah bingung.

“Apa yang kau lakukan dengan ponselku? Kau membaca pesan eoh? YA! NEO!” bentak Yoona lagi. Wajah Yoona memerah seketika.

“Ani. Kenapa kau jadi memfitnahku seperti itu?” Bohong. Hanya itu yang bisa kulakukan disaat saat terdesak seperti ini.

“Geotjimal! “ erang Yoona.

“Ani! ” balasku dengan sedikit suara yang ditinggikan.

“Ah. Sudahlah, lupakan.” Tangkasnya dan duduk dibangku sebelah yang kosong dengan wajah cemberut. Sebegitu berhargakah ‘KIBUM’ itu baginya?

Aku hanya memperhatikan wajahnya yang masih cemberut karena kejadian tadi. Aneh. Jika dia memeriksa ponselku, aku tidak pernah seperti ini kepadanya walaupun segudang rahasiku ada didalam ponselku. Tapi dia? Aku hanya membaca beberapa pesan dari ‘KIBUM’ dia seperti ini kepadaku? Tidakkah dia terlalu egois?

“Sudahlah, aku minta maaf.” Keluhku kepadanya.

“Arrasso. “ sahutnya angkuh. Aish, ingin rasanya aku menjitak kepalanya dengan sekuat tenagaku.

“Tsk.” Desiku pelan dan kembali diam seribu bahasa diatas kursi roda.

5 menit sudah aku duduk diam dikursi roda, tapi dia masih belum menghabiskan makanannya karena tangannya selalu sibuk dengan dua kegiatan sekaligus. Pertama makan dan yang kedua membalas pesan diponselnya.

‘Tidak bolehkah aku merebut ponselnya dan menjatuhkan ponsel itu ketanah?’ rutukku dan kembali terfokus dengan beberapa orang yang jauh disana. Ya, sedari tadi orang itu menatapku lekat lekat.Entah sesuatu apa yang melekat ditubuhku yang menarik perhatian kedua yeoja didepanku itu.

“sst, tidakkah kau merasa yeoja itu terlalu mengabaikan namjachingunya sendiri? “ samar sama kudengar bisikan yeoja disampingku.

“Maaf! Tapi dia bukan yeojachinguku! “ potongku pada yeoja itu. Yeoja itu terlonjak kaget dan langsung tersenyum pahit kearahku.

“YA! Kau tidak mendengar perkataan orang? “ cerocosku pada Yoona.

“Tidak. Memangnya mereka berkata apa? “ balas Yoona polos.

“Ani. Lupakan.” Ketusku dan meneguk minuman Cola dingin yang dibelinya tadi.

“Neo! Kau tidak boleh minum ini! ” Yoona meraih kaleng Cola yang kuteguk tadi dengan sekali hentakan.

“Waeyo? Aku haus, apa salahnya jika aku meminum Cola? “ sanggahku sambil menjulurkan lidah kearahnya.

“Tidak! Kau tidak boleh minum ini. Kau sekarang seorang pasien yang harus mematui aturan sang Dokter.” Yoona mulai menceramahiku dengan aturan aturan yang dibuatnya sendiri. Cih, dasar orang bodoh.

Lay Pov End

Author Pov

Seorang namja jangkung berparas cantik dan mata kucingnya berjalan mengelilingi setiap hamparan hamparan toko, melihat lihat perhiasan cantik untuk seseorang. Sesekali namja itu bergumam pelan dan mengomentari beberapa perhiasan cantik yang ditawarkan sang pelayan toko kepadanya.

“Annyeonghaseyo. Singgahlah terlebih dahulu.” Sapa pelayan toko dengan ramahnya kepada namja bermata kucing itu. Namja itu tersenyum membalas sapaan sang pelayan toko dan kembali berjalan. Hanya balasan saapan, tak ada singgahan bagi namja itu kecuali hatinya tertarik untuk melihat lihat kedalam toko.

“Key-sshi.” Suara teriakan membuat namja itu menghentikan langkahnya dan mulai membalikkan badannya menuju arah suara.

“Eoh Onew-sshi.” Balas Key dan sedikit melayangkan senyuman hangat kearah namja yang memanggilnya, Onew.

“Apa yang kau lakukan disini? Dan, kau sendirian? “ Onew menatap sekeliling memastikan bahwa Key sendiri tidak bersama siapapun. Keypun mengangguk membenarkan perkataan Onew.

“Kau tampak sedang mencari sesuatu..” seru Onew lagi. Kali ini Key hanya tertawa pelan dan mulai merangkul hangat Onew sembari melanjutkan perjalanannya.

“Ne Onew-sshi. Kau bisa membantuku bukan? “ tanya Key. Onew sedikit terdiam, memikirkan apakah dia harus menerima tawaran Key atau tidak.

“Baiklah. Akan kubantu.” Jawab Onew beberapa saat setelah dia berpikir.

Onew dan Keypun berjalan berdua menelusuri hamparan hamparan toko aksesoris dan perhiasan. Key dan Onew sama sama tampak bingung.

“Ah, Onew-sshi.. Itu! “ tunjuk Key pada sebuah cincin emas murni disebuah toko Perhiasan. Onew memicingkan mata sipitnya. Sebuah senyuman manis terukir dibibir Onew.

“Ne. Kajja.” Ajak Onew dengan sedikit semangat menuju toko Perhiasan yang ditunjuk Key tadi.

*\(^o^)/*

Adelle Café

Onew menyeruput minuman hangat didepannya, Americano minuman pahit yang disukainya sambil menatap Key yang sekarang masih tersenyum memperhatikan bingkisan yang beberapa saat lalu baru dibelinya.

“Are You Fallin in love now Key? “ tanya Onew memecah keheningan diantara mereka berdua. Bukan keheningan, melainkan kesibukan diri masing-masing. (Author: Bebeb gue sejak kapan pinter bahasa Inggris?)

“Eoh? What are you talking about? “ ucap Key sedikit tersenyum tipis.

“Sudahlah, jujur saja.” Onew mencoba membujuk Key dengan sedikit colekan ditangan Key. (Author: ONKEY! OH MY GOSH! *ehabaikan)

“Jangan mencoba merayuku.” Tukas Key dan tertawa geli melihat raut wajah Onew.

“Arrasso. Geundae, setahuku kau tidak dekat dengan siapapun kecuali dengan beberapa namja seperti Minho dan Taemin. Apa bingkisan itu untuk salah satu diantara mereka? “ tebak Onew asal asalan. Tawa Key semakin keras. Pikiran Onew benar benar terlalu singkat.

“Hahaha. Musun soriya? Tidak diantara mereka berdua Onew-sshi. Yang pastinya dia seorang yeoja.” Jawab Key diselingin tawa Key.

“Benarkah? Apa dia yeoja yang baik hati? “ antusias Onew kepada Key.

“Tentu saja.” Dengan sedikit bangga Key menjawab.

“Aah, dia pasti akan beruntung jika memilikimu.” Onew menghabiskan tegukan terakhirnya dengan sedikit menyipitkan matanya menahan pahitnya Americano yang dipesannya.

“Onew-sshi, Americano itu pahit jadi kenapa kau menyipitkan matamu seperti menahan rasa asam?” Key dengan sedikit bingungnya bertanya kepada Onew.

“Ne? Ah. Maja. Mungkin ini hanya sedikit efek yang berlebihan.” Jawab Onew dan menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal.

“Onew Sangtae.” Keluh Key dan menggeleng gelengkan kepalanya.

*\(^o^)/*

Seoul, 17.00 PM

Luhan, namja itu masih mengeluh tak karuan sambil memencet mencet tombol stick Play Stationnya dengan keras. Mata Luhan masih tampak begitu kesal. Kesal karena apa? Pertama, karena balasan pesan Lay dan yang kedua Lay yang belum kembali hinggat petang hari. Luhan lapar. Tidak mungkin dia harus memasak ramen lagi untuk makan siangnya.

“Aissh!” Luhan melempar Stick PSnya kelantai dengan keras. Luhan beranjak dari tempat duduknya dan mulai beralih menuju dapur, mencari sesuatu yang bisa dikonsumsi dan dibagi bersama cacing cacing diperutnya.

“Telur? “ Luhan mengangkat dua buah telur berwarna kecoklatan itu. Luhan tampak berpikir.

“Kimchi? “ Luhan membuka lemari tempat dimana Lay menyembunyikan persediaan Kimchi. Luhan tertawa puas saat melihat beberapa kotak persediaan Kimchi tersembunyi disana.

“Baiklah. Hanya tinggal memasak Telur ini bukan? Luhan, kau pasti bisa.” Lirih Luhan dan memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Selagi Luhan sibuk berkutik dengan dua telur dan alat pemanggang, pintu Apartement Luhan terbuka dan lebih buruknya lagi Luhan tidak menyadari hal itu.

“Aku pulang! “ teriak seseorang didepan pintu Apartement sambil membuka sepatunya.

“YA! LULU! AKU PULANG! “ teriak orang itu lagi karena tidak mendapar respon dari siapapun.

“Chakaman, bau apa ini? Bau gosong?” orang itu sedikit mengendus memastikan bahwa penciumannya tidak salah. Bau yang diciumnya benar benar bau gosong. Lay, orang yang baru saja sampai itu langsung berlari menuju dapur dan melatakkan kotak kue yang dibelinya tadi di Cake Shop diatas meja makan.

“YA! Neo mwoya jigeum? “ ujar Lay saat mengetahui Luhan yang sudah bersusah payah menghilangkan asap dari alat pemanggang.

“Tolong aku! “ pinta Luhan dan menyuruh Lay untuk segera membereskan kekacauan yang dilakukannya.

Lay dengan sigap membereskan kekacauan yang diperbuat Luhan. Jika saja Lay tidak datang lebih cepat tadi, mungkin saja Luhan sudah hangus terbakar tidak hanya Luhan tapi juga Apartement.

“Tsk.” Desis Lay disela sela ia membereskan piring yang berserakan.

“Ya! Sejak kapan kau pulang? “ tanya Luhan saat dia baru menyadari Laylah malaikat penyelamatnya. (Author: Kemanaja saja engkau wahai LULU? -_-)

“Sejak tadi babo!” balas Lay dan mengancang ancang akan melayangkan alat pemanggang kekepala Luhan.

“Hajima! “ ancam Lay sedikit kaget.

Flashback

Lay dan Yoona kembali menuju ruangan inap Lay. Yoona tidak bersemangat lagi mengajak Lay untuk berkeliling karena hal tadi.

Yoona membuka pintu kamar Lay dan mendorong kursi roda yang ditumpangi Lay dan disambut oleh Nyonya Zhang dengan sedikit senyuman tipis.

“Yixing-ah, beberapa saat yang lalu Dokter datang kesini. Beliau bilang kau diizinkan untuk pulang hari ini memang jika ada keperluan mendadak.” Seru Nyonya Zhang membuat anak semata wayangnya itu membulatkan mata kaget.

“Jinjja Eomma? “ sahut Lay dengan semangat.

“Ne.” balas Nyonya Zhang.

“Im Yoona, kau bisa pulang sekarang. Aku akan pulang sebentar lagi setelah check up terakhir sekitar jam 3.” Suruh Lay kepada Yoona.

“Ne? Kau mengusirku? “ sentak Yoona dan memukul kepala Lay.

“Ne.Wae? “ cibir Lay.

“Tsk.” Desis Yoona pelan dan membantu Lay untuk berdiri menuju ranjangnya kembali.

Tepat setelah Lay melakukan Check Up terakhirnya sekitar jam 3. Lay pulang menuju Apartementnya dan Luhan. Sedikit rasa khawatir akan Luhan melanda dirinya tiba-tiba. Sebelum pulang, Lay menyempatkan dirinya untuk singgah kesebuah Cake Shop untuk membeli Cake untuk ulang tahun Yoona yang akan dirayakan tengah malam harinya.

Flashback End

“YA! Ige mwoya? “ tanya Luhan dan mengangkat kotak Cake.

“Cake.” Jawab Lay dan menyapu lantai yang kotor karena sarang telur yang dibuang oleh Luhan sembarangan.

“Jinjja? Ah, kau benar benar berpikiran panjang..” puji Luhan dengan tangan yang kembali meletakkan kotak Cake keatas meja.

“Oh ya, kau kemana saja? “ Lay menghentikan kegiatannya. Pertanyaan yang ditakutinya ternyata dilontarkan oleh Luhan.

“Hanya tidur dirumah. Aku merindukan Eommaku.” Jawab Lay bohong.

“Aaah, sehari tidak bertemu aku merindukanmu.” Canda Luhan dan merangkul Lay hangat. Lay tersenyum senang, setidaknya dia bisa berbohong dengan tidak diketahui oleh Luhan.

*\(^o^)/*

Sore sudah berganti malam. Dua sejoli yang tampan itu masih tampak sibuk membungkus hadiah hadiah yang sudah dibelinya kemarin. Lay, dia tampak sedikit frustasi dengan bungkusan kado yang ternyata menyulitkan. Tak lain halnya dengan Luhan yang sudah geregatan dengan kado yang susah untuk dibungkus.

“Aku menyerah!” teriak Lay dan Luhan bersamaan.

“……….” Lay menatap Luhan begitu juga dengan Luhan. Tawa mereka berdua meledak seketika menyadari betapa kompaknya mereka hingga perkataan merekapun terlontar sama dan diwaktu yang sama.

“Ottokhe? Aku menyerah.” Keluh Luhan.

“Tidak. Kita harus terus berusaha. Ini demi Yoona, sahabat kita.” Ujar Lay memberi semangat kepada dirinya dan juga Luhan.

“Geurae. Arrasso. Chansimanyo, aku akan menelfon Eomma Yoona dulu untuk memastikan beliau tidak mengunci pintu belakang rumahnya.” Luhan mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari kontak nama Eomma Yoona, seseorang yang bekerjasama dengan Lay dan juga Luhan untuk memberi sebuah kejutan kecil-kecilan untuk Yoona.

“Yeoboseyo Eomma! “ teriak Lay dan Luhan serempak karena Luhan me-loudspekearkan panggilan tersebut.

“Ne Nae Adeul.” Suara ramah dan lembut milik Nyonya Im terdengar jelas digendang telinga Lay dan juga Luhan.

“Eomma jangan lupa ne untuk tidak mengunci pintu belakang?” kata Luhan mengingatkan.

“Ne.” jawab Nyonya Im singkat namun bermakna bagi Lay dan Luhan.

“Kalau begitu aku tutup ne eomma? Annyeong-gi haseyo Eomma. Jaljayo Eomma~.” Ujar Luhan yang disambung oleh Lay.

Lay dengan semangat yang membara bara kembali berusaha membungkus kado kado tadi. Tapi tidak Luhan yang sekarang sudah merebahkan badannya diatas karpet dimana mereka berdua mengerjakan hal yang sungguh demi apapun sangat sangat membosankan.

“Siap!” teriak Lay dan menendang kaki Luhan dengan kakinya.

“Jinjja? “ Luhan terbangun dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat kado kado yang dibelinya kemarin bersama Lay sudah terbungkus rapi dengan kertas kado lucu.

“Neo Jjang-eyo!” seru Luhan dan mengacungkan jempolnya keudara.

“Geuromnyo.” Sahut Lay dengan suara membanggakan diri.

“Hmmm. Sekarang sudah pukul 10 malam. Sebaiknya kita berkemas kemas sekarang.” Luhan melirik jam yang ada dipergelangan tangannya dan menyarangkan Lay agar segera berkemas.

“Geurae. Arrasso.” Sahut Lay dan mulai berkemas.

Author Pov End

Yoona Pov

Seoul, 23.00 PM

Aku masih betah duduk disebuah kursi didepan meja belajar sibuk berkutik dengan beberapa buah buku tebal dan juga Laptop yang beberapa jam ini terus menemaniku. Ya, sekarang ini aku tengah berusaha membuat tugas akhir semesterku, Lay dan juga Luhan. Kulirik sekilas jam yang tergantun didinding kamarku. Ah, sepertinya aku lupa satu jam lagi genap sudah aku berumur 24 tahun. Aku hanya bisa mendesah pelan memikirkan akankah kedua sahabatku ingat dengan ulang tahunku sendiri, sahabat kecilnya. Tetapi dilain hal, aku memikirkan Key. Apa dia benar akan menjadi orang pertama yang mengucapkan kata kata berarti untukku.

“Yoona-ya, kau belum tidur? “ sebuah suara dari arah pintu kamarku membuatku sedikit terkejut.

“Ne Eomma, sebentar lagi.” Lenguhku kepada Eommaku sendiri yang hanya bisa menggelengkan kepalanya, seolah bisa membaca pikiranku yang kini sedang tak menentu.

“Jalja Sayang.” Seru Eommaku sebelum menutup pintu kamarku kembali.

Beberapa saat setelah aku tenggelam dalam renungan, aku kembali melanjutkan pekerjaanku yang hanya tinggal sedikit lagi. Aku tidak boleh mengerjakannya dengan tanggung tanggung.

Aku bisa mendengar detakan jam dinding yang semakin membuat hatiku tak karuan. Aku berharap saat ini, berharap Lay dan Luhanlah yang menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Tuhan, kumohon kabulkan permintaanku.

Untuk kesekian kalinya aku melirik jam dinding, tinggal 15 menit menuju ulang tahunku, 30 Mei 2013. Aku menelan ludahku. Tidak ada tanda tanda Lay dan Luhan untuk menjadi yang pertama. Aku terdiam dan termenung, hatiku terlalu sakit menerima kenyataan bahwa kedua sahabat kesayanganku kini sudah tidak menganggapku ada. Haha, aku hanya bisa tertawa renyah dibalik kesedihan hatiku.

Drrrt….Drrt…Drrt….

Ponselku begetar seketika. Aku terlonjak kaget. Air mataku yang sempat jatuh tadi langsung kuseka. Senyuman bahagia terpampang jelas diwajahku. Aku benar benar yakin pesan ini dari Lay dan Luhan atau salah satu dari antara mereka.

Jleb!

Dugaanku salah. Key, dialah yang mengirimiku pesan yang membuat alisku naik karena bingung akan maksud pesannya.

From     : Kibum

Yoona-sshi, bisakah kau keluar dari rumahmu saat ini? Aku menunggumu didepan gerbang rumahmu.

“Sekarang? “ kuperhatikan penampilanku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dengan menggunakan pajama yang berwarna biru ini aku tidak mungkin keluar rumah apalagi untuk menemui Key, namja yang entah sejak kapan aku suka.

Oh Oh Oh ppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae

Oh Oh Oh ppareul saranghae
Ah ah ah ah manhi manhihae

Ponselku tiba tiba berbunyi menandakan ada sebuah panggilan masuk. Key, dia menelfonku. Dengan sedikit ragu aku mengangkat panggilannya.

“Yeoboseyo.” Jawabku setenang mungkin.

“Kau belum tidur bukan? “ tanya Key padaku.

“Tidak. Ada apa? “ tanyaku balik.

“Bisakah kau keluar sekarang? Hanya sebentar saja.” Serunya.

“Ne. Arrasso.” Jawabku dan langsung mengakhiri panggilan ini.

Kuletakkan ponselku diatas meja belajar, sebelum kuletakkan kulirik sekilas jam yang ada diponselku. Sudah jam 23.50 . Ini artinya hanya tinggal 10 menit lagi bukan?

“Hah.” Desahku pelan dan mulai berjalan keluar kamar dengan sedikit gontai.

Lampu rumahku rata rata dimatikan oleh Eommaku, menghemat mungkin. Tidak ada yang bisa kulihat dengan jelas. Semuanya terasa gelap. Hanya ada satu lampu yang hidup dirumah ini.

Deeg!

Jantungku tiba tiba berdegup kencang saat kurasakan sesosok orang tengah memperhatikanku. Tapi aku tidak tahu dimana orang itu berada. Mungkin hanya perasaanku saja.

Aku terus melangkahkan kakiku ini keluar rumahku. Dari kejauhan sudah bisa kulihat Key berdiri didepan gerbang rumah dengan tangan yang memegang cake. Aku tersenyum manis kearahnya.

“Key-sshi.” Sapaku seolah olah aku senang dengan kedatangannya.

“Chakamannyo. Ini belum saatnya.” Tahan Key saat aku akan meniup lilin lilin yang hidup. Aku tertawa gelid an melihat jam diponsel Key. Masih tinggal tiga menit lagi.

“Ne.” jawabku.

Tiga menit yang sebentar itupun akhirnya sudah berlalu. Sekarang sudah tanggal 30 Mei 2013, dan ini adalah hari ulang tahunku. Key, dia benar benar menepati ucapannya. Dia menjadi orang pertama yang mengucapkan kata kata singkat namun berarti bagiku.

“Cha, tiup lilinnya dan jangan lupa make a wish.” Suruh Key dan menyodorkan cake itu kearahku. Kututup kelopak mataku dengan rapat dan juga tangan yang disatukan, meminta sebuah harapan yang entah benar benar dikabulkan atau tidak.

‘Kuharap, Lay dan Luhan ingat denganku. Kuharap Aku, Lay dan Luhan akan selalu bersama hingga akhir hayatku. Dan terakhir aku berharap, namja yang ada didepanku ini akan menjadi namja yang selalu melindungiku hingga akhir hayatku jika diizinkan.’ Batinku berdo’a kepada Tuhan.

“Huuuuuuh..” aku meniup lilin lilin yang seketika langsung padam.

“Saengilchukae Yoona-sshi.” Seru Key dan mengacak rambutku pelan.

“Gomawo Key-sshi.” Balasku dan melemparkan senyuman tipis kearahnya.

“Hmm. Tunggu, aku ingin memberimu sesuatu.” Key menyerahkan cake tadi kepadaku. Dia tampak sibuk mencari cari kado didalm saku jacket yang berbahan jeans itu.

“Igo.” Tiba tiba Key menyodorkan sebuah kotak kecil sambil memamerkan isi kotak itu. Cincin emas murni, ya itu cincin emas murni.

“Ke..key? “ aku gugup saat Key mulai memasangkan cincin itu ditanganku.

“Yoona-sshi, jujur aku mencintaimu. Kumohon jadilah yeojachinguku.” Ujarnya kepadaku. Aku terdiam.

“Ne? Ne?” ini MIMPI. Pasti mimpi. Oh Yoona, kau harus bangun dari tidurmu.

“Kumohon.” Ujar Key Lagi.

“Ne. Aku mau.” Sahutku dengan wajah yang pasti sudah memerah. Key tersenyum puas kearahku. Dengan cepat ia menarik badanku kedalam dekapannya yang hangat.

Yoona Pov End

Author Pov

Setengah jam sebelum tengah malam atau lebih tepatnya Ulang Tahun Yoona, mobil mewah sudah terparkir cukup jauh dari kediaman Yoona. Lay dan Luhanlah orang yang menaiki mobil mewah itu. Dengan bingkisan bingkisan kado ditangan Luhan dan sebuah cake yang cukup besar ditangan Lay, mereka berdua berjalan menuju belakang rumah Yoona. Mereka berdua bersembunyi dibelakang rumah Yoona hingga waktu tengah malam datang.

Nnngggg…Nngggg..

Nyamuk nyamuk datang menghampiri Lay dan Luhan.

“Aissh.” Rutuk Luhan dan mencoba menghindar dari serbuan beberapa nyamuk itu.

“……..” Lay hanya diam mencoba bertahan dengan posisi nyamannya itu.

10 menit tinggal waktu untuk merayakan ulang tahun Yoona. Lay dan Luhan sudah mulai bersiap siap memasuki rumah Yoona. Tapi Lay, dia menangkan sosok Yoona yang berjalan keluar rumah dengan tujuan entah apa.

“YA! Yoona keluar rumahnya.” Bisik Lay pada Luhan.

“Kalau begitu kita kekamarnya saja. Saat dia kembali dia akan senang melihat kita.” Balas Luhan berbisik.

Lay dan Luhanpun masuk kedalam kamar Yoona yang mendomisir warna biru muda itu. Luhan meletakkan kado kado yang dibungkusnya bersama Lay diatas ranjang Yoona.

“Tidak jauh berbeda.” Gumam Lay saat menyadari kamar Yoona tidak jauh berbeda dari beberapa tahun yang lalu.

“Maja.” Sahut Luhan.

00.00 PM

Lay dan Luhan masih betah bersembunyi dikamar Yoona hingga mereka merasa Yoona tak kunjung kembali.

“Ini sudah lebih dari sepuluh menit dari tengah malam. Dimana Yoona? “ keluh Lay dan meletakkan cake yang dipegangnya diatas meja belajar Yoona.

“Kau benar. “ sahut Luhan.

Lay dan Luhan keluar dari kamar Yoona dengan wajah masam. Rencanaya hancur sudah. Mereka berdua merasa, bahwa mereka bukan orang pertama yang mengucapkan Selamat kepada Yoona.

Sebelum keluar, Lay dan Luhan meninggalkan kartu ucapan diatas meja belajar.

“Kau melupakan kami karena ‘KIBUM’ itu? “ lirih Lay pelan.

*\(^o^)/*

Yoona setelah lama bercakap cakap dengan Key didepan gerbang rumah. Sekarang Yoona kembali kekamarnya, ruangan tempat dia melepaskan rasa lelahnya.

CKLEK!

Yoona membuka pintu kamarnya perlahan. Mata Yoona membulat seketika saat menyadari kado kado diatas meja dan juga Cake yang lilinnya belum ditiup.

“Ya Tuhan, mereka berdua pasti kesini tadi.” Yoona termenung. Air matanya seketika jatuh. Yoona merasa bersalah kepada kedua sahabatnya. Seharusnya, setengah jam yang lalu Yoona merayakan ulang tahunnya bersama dengan Lay dan Luhan, bukan bersama Key yang sekarang sudah menjadi namjachingu Yoona.

Yoona mendekat kearah cake yang diletakkan Lay tadi, Yoona kembali membuat sebuah harapan dengan mata yang tertutup rapat.

‘Kuharap, mereka berdua mengerti denganku. Kuharap mereka tetap menyayangiku. Aku mencintai kalian, Zhang Yixing dan Lu Han.’ Batin Yoona dan kembali meniup lilin lilin.

“Saengilchukae Im Yoona.” Lirih Yoona dengan air mata yang masih mengalir.

Tangan Yoona meraih kartu ucapan yang dibuat oleh Lay dan Luhan. Yoona mulai membacanya dengan perlahan. Dia masih merasa bersalah dengan kedua sahabat kecilnya.

-TBC-

Note : Annyeonghaseyo readers, maaf untuk post yang telat. Ini ga maksud loh yaa buat nelat nge-post. Nah, Key ama Yoona jadian. Luhan ama Lay galau gara gara Yoona. Gimanakah nasib ketiga sahabat itu? Akankah mereka bertiga tetap bersahabat walaupun suatu saat nanti Lay dan Luhan tau kalau Yoona udah punya pacar dan ga ngasih tahu mereka? Ayooo, jangan lupa RCL

5 tanggapan untuk “Between Love & Friendship [Chapter 3]

Tinggalkan Balasan ke Hanoom Batalkan balasan