Diposkan pada Baek Hyun, Family, MULTICHAPTER, Ondubu_2806, Romance, SCHOOL LIFE, Se Hun

The Sun Flower // Part 2

poster

Title                 :The Sun Flower

Cast                 : Oh Sehun//Jung Soojung//Choi Song Yi (OC)//Byun Baekhyun

Genre               : School Life, Romantic, Family

Rating              : General

Author            : Redbaby

Note                 : Don’t read if you not like of my story. Don’t be silent readers!!!

Apapun tanggapan kalian tentang FF ini aku sebagai author akan terima dengan sangat baik. Jadi apakah itu kalian suka atau tidak suka, aku sangat-sangat menghargai kalian dan aku sangat menerima setiap kritikan yang sangat membangun dari kalian. Oleh karena itu komentar kalian sangat penting dalam FF ini. Hati-hati bayangan typo tersebar.

~~~

I hate to turn up out of the blue uninvited

But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it.
I had hoped you’d see my face and that you’d be reminded
That for me it isn’t over.
~~~

Sayup-sayup ia mendengar suara pintu yang terbuka. Walau suara yang di timbulkan tak begitu keras, namun telinga gadis itu dapat mendengarnya. Jemarinya terhenti, alunan piano itu juga terhenti . Apakah ada orang disana?

Tak ingin orang lain tahu, cepat-cepat gadis itu mengusap air matanya. Perlahan ia memutar kepalanya menoleh kearah pintu yang hanya berjarak enam meter darinya, mengingat ruangan music itu cukup luas. Mata yang tampak terlihat sedikit memerah itu menyipit.

Benar. Ada seseorang di sana. Seorang laki-laki berseragam sama dengannya sedang memperhatikannya. Laki-laki itu terlihat terkesiap saat dirinya memergoki Baekhyun yang saat itu tengah memperhatikannya dari kejauhan.

“Nugu?” Tanya gadis itu kemudian.

Sadar keberadaannya telah di ketahui. Baekhyun berdehem seraya membuka pintu itu sedikit terbuka. Gugup. Ia tak tahu harus berkata apa saat gadis itu melontarkan sepatah kalimat untuknya.

“Mianhe… aku tak bermaksud mengganggumu” ucap Baekhyun cepat seraya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

Gadis itu beranjak setelah meraih tas sekolah yang berada di bawahnya. Perlahan ia melangkah, wajah yang tadinya sedikit memerah kini tak begitu tampak. Kini gadis itu hanya berjarak satu meter dari Baekhyun. Ia tersenyum, tanda bahwa ia tak merasa terusik akan kehadiran laki-laki itu.

“Ne, gwenchana”

Baekhyun. Yang dari awal menginjakkan kaki di sekolah ini tak sedikitpun ia berniat menarik bibirnya membuat sebuah senyuman yang saat ini ia lakukan di hadapan gadis yang Ia tahu baru kali ini melihatnya. Jika kau lihat senyuman manis laki-laki itu, betapa tampannya dia.

“Aku menyukai permainan pianomu…ah apakah kau membolos?”

Gadis itu mengulum senyum. Aneh rasanya saat seseorang memuji dirinya, yang selama ini tak satupun orang-orang memuji bahkan menyukai permainan pianonya. Baekhyun adalah orang pertama yang menyatakan bahwa ia menyukai permainannya.

“Tidak. Aku tidak membolos, aku murid lama di sekolah ini. Aku baru kembali dari Canada dalam rangka pertukaran pelajar dua tahun lalu saat aku kelas satu”

Baekhyun mengangguk mengerti. Seketika ia merasa bersalah telah mengira gadis itu membolos. Well, itu bukan sepenuhnya kesalahan Baekhyun. karena ini kali pertama ia melihat gadis itu bahkan ia juga baru pertama kali memasuki kelas music sekolah Chungdam.

“Mianhe…oh, Byun Baekhyun imnida. Aku baru dua hari di sekolah ini, aku murid baru dari kelas XII-3”

Ujar Baekhyun menjulurkan tangan, memperkenalkan diri pada gadis itu. Tak membutuhkan lama untuk menanti balasan, gadis berambut hitam panjang itu membalas juluran tangan Baekhyun.

Bukankah menurutnya orang-orang di sekolah ini sangatlah membosankan sehingga ia tak berniat untuk mencari teman sekalipun menjalin sebuah pertemanan dengan seseorang. Tapi hari ini, ia bahkan memperkenalkan dirinya pada salah satu dari mereka. Apa yang membuat prinsip dirinya seketika roboh begitu saja?

“Aku…Jung Soojung”

***

Choi Song Yi—ia berjalan cepat bahkan gadis itu berlari kecil agar ia dengan cepat sampai ke tempat paman Kim. Di mana paman Kim merupakan pemilik toko hewan, tempat ia bekerja sebagai pengasuh anjing di petshop tersebut.

Jika ia mau, Song Yi bisa saja naik bus agar cepat sampai ke tujuan. Tetapi, ia tak punya pilihan lain selain harus berjalan kaki sejauh satu kilo meter dari sekolah menuju petshop. Bukan karena tak akan ada bus yang lewat, tapi jika ia harus menunggu walau hanya lima belas menit itu sama saja akan membuang banyak waktunya.

Dalam hati ia tak hentinya menyumpahi Song Hae Kyo yang saat itu tak sengaja menabraknya saat teman clubnya itu sedang membawa satu ember air yang akan di gunakannya untuk mengepel ruang latihan. Alhasil seluruh seragam Song Yi basah dan membuatnya harus mengeringkan seragamnya, tapi karena Hae Kyo merasa bersalah, ia meminjamkan baju olahraga miliknya untuk Song Yi.

“Maaf paman, aku terlambat”

Untung saja paman Kim orang yang baik dan tak pernah sekalipun pria paruh baya itu memarahinya walau ia melakukan kesalahan-kesalahan kecil setiap harinya. Walau begitu, Song Yi bukanlah gadis yang dengan jahatnya memanfaatkan kebaikan paman Kim.

Untuk menebus keterlambatannya kali ini ia memutuskan untuk menggantikan Lee Min Jung merawat kucing-kucing yang hari ini akan di berikan obat antibiotic. Sempat paman Kim mengatakan untuk tidak merepotkan dirinya dan lebih baik pulang karena hari sudah larut. Tapi bukan Song Yi namanya jika ia tak melakukan niatnya. Keras kepala memang.

“Besok Min Jung yang akan membereskannya, Song Yi-a”

“Tidak paman. Biarkan aku yang membereskannya. Aku tahu eonni pasti akan sangat sibuk untuk mempersiapkan pernikannya”

Dengan lihai Song Yi menyuntikkan vaksin anti biotic pada tubuh kucing-kucing itu. Gerakannya begitu sangat hati-hati, karena ia tak ingin melukai hewan-hewan lucu ini.

Melihat kegigihan gadis itu, paman Kim semakin menyayangi Song Yi yang telah ia anggap sebagai anak kandungnya setelah empat tahun lalu ia harus berpisah dengan anak semata wayangnya ke China bersama suami yang saat itu telah mempersuntingnya.

Mata sayu itu melirik arlojinya. Pukul sepuluh malam, waktu dimana anak gadis tak seharusnya berkeliaran malam-malam. Pria paruh baya itu menuju dapur setelah sempat berpikir jika Song Yi sedari pulang sekolah tadi belum mengisi perutnya. Ia ingin menyiapkan makanan untuk di bawa gadis itu pulang dan memakannya nanti.

***

Song Yi berjalan menyusuri gang sepi menuju rumahnya. Langkahnya terus melaju tanpa ada rasa takut melandanya, karena ia tahu jam selarut ini tak aka nada seorang gadis yang akan berani jalan sendiri apalagi jika suasananya begitu sepi hanya satu dua orang saja yang melintas. Jalan yang di laluipun hanya di terangi beberapa lampu yang masih berfungsi.

Ilmu bela diri yang ia pelajari sejak kecil itulah yang menjadi senjata dan tameng buatnya untuk menjaga diri dari orang yang akan berniat jahat padanya sewaktu-waktu. Sesekali ia mengangkat kantung plastic yang berisi makanan yang di berikan oleh paman Kim untuknya. Dari aromanya saja sudah menggugah selera, dan meminta untuk segera menyantapnya.

Seketika sayup-sayup pendengarannya menangkap suara teriakan anak anjing yang berada tak jauh darinya. Penasaran, Song Yi mencari arah sumber suara anak anjing itu. Kepalanya menoleh kiri dan kanan mencarinya.

Bingo. Ia melihat sebuah kardus kecil yang Ia pastikan bahwa suara anjing itu berasal dari kardus kecil itu. Song Yi berlari menuju benda itu, ia benar dan akhirnya menemukannya.

Song Yi berjongkok dan meletakkan bungkusan plastic itu di sampingnya. Di angkatnya anak anjing berbulu putih lebat itu, ia tersenyum lebar melihat betapa lucunya hewan itu.

“YA! Siapa yang telah tega membuangmu, eoh” ucap Song Yi cepat sambil mengusap lembut bulu halus anjing yang tak di ketahui namanya itu.

Gadis itu mengedarkan pandangannya kepenjuru arah mencari-cari siapa gerangan yang telah tega atau sengaja membuangnya. Nihil. Tak satupun matanya menangkap pelakunya, jalanan itu tampak begitu sepi tak ada seorangpun selain dirinya di tempat itu.

“Kau pasti kesepian anjing lucu”

Rasa cintanya terhadap binatang menggugah hatinya untuk membawa anak anjing itu bersamanya.

***

“Sehun-ah, biarkan ibu saja yang mengerjakannya. Pergilah! Jika tidak kau bisa terlambat sekolah”

Suara lembut itu memasuki indera pendengaran Sehun. Wanita berumur empat puluhan itu menghampiri Sehun yang saat itu sedang membersihkan jejeran meja makan kedai ramen milik mendiang ayahnya. Ia selalu bangun jam lima pagi untuk membantu ibunya membuka kedai, menyiapkan bahan makanan, serta mencuci bersih piring serta gelas yang tak sempat ibunya bersihkan.

Semua itu ia jalani setiap hari tanpa merasa keberatan dan juga bukan merupakan sebuah beban baginya. Umur yang sudah tak muda lagi, membuatnya iba sekaligus tak tega melihat ibunya harus membanting tulang demi dirinya dan juga adiknya. Meskipun wajah cantik itu kini telah berubah karena termakan usia, tapi di mata seorang Oh Sehun wanita paruh baya itu tetaplah terlihat cantik. Jika ia di beri sebuah pilihan dalam hidup ini, ia akan lebih memilih untuk selamanya mendampingi dan melindungi harta berharganya itu seumur hidupnya.

“Ibu pikir aku akan membiarkanmu bekerja sendirian hari ini, setelah aku melihatmu mengerang kesakitan tadi malam? Ayolah, Bu! Istirahatlah sehari saja. Biar aku yang mengurus semua ini”

“Tenanglah, aku sudah menghubungi guru Kang kalau hari ini aku tidak masuk sekolah” ucap Sehun cepat saat ia tahu ibunya akan menanyakan tentang sekolahnya.

Bohong. Sehun terpaksa berbohong pada ibunya perihal ia telah menghubungi guru Kang jika ia membolos hari ini. Selama ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah, tak sekalipun ia meminta ijin pada pihak sekolah atau menghubungi guru Kang sekalipun.

Semua itu ia lakukan demi sang ibu. Masalah ia nantinya akan di berikan surat panggilan dari sekolah itu sudah ia pikirkan sebelumnya. Bukan Oh Sehun namanya jika ia tak mengakalinya agar ibunya tak khawatir terhadap sekolahnya.

Jika bukan dia, siapa lagi yang akan membantu ibunya. Sang adik? Oh, itu bukanlah pilihan yang tepat. Oh Jaehyo—adik laki-lakinya—yang empat tahun lebih muda darinya kini tengah duduk sambil menyantap sarapan paginya yang sebelumnya sudah di persiapkan oleh sang ibu.

Penamilannya, walaupun tak beda jauh dari sang kakak. Jaehyo masih bisa mengenakan seragam SMP-nya dengan baik dan benar. Merasa bahwa ia akan terlambat jika ia tidak segera menghabiskan makanannya, Jaehyo dengan lahap memasukkan ramen ke dalam mulutnya. Sesekali ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.30. ada sisa 30 menit lagi untuk bisa sampai ke sekolah.

“YA! Kalau makan seperti itu, bisa-bisa kau akan tersedak nanti”

Sehun mengingatkan Jaehyo sembari menata meja. Ia menghela nafas melihat adiknya yang selalu seperti itu. Entah sudah berapa kali ia mengingatkan Jaehyo untuk berhenti bermain game sampai larut malam, yang akan berujung seperti pagi ini.

“Arraso” sahut Jaehyo di sela-sela mulut yang penuh dengan ramen.

Tiga menit kemudian Jaehyo telah menghabiskan makanannya. Lelaki itu bergegas berangkat ke sekolah. Tas ransel telah tergantung di pundaknya, tak lupa ia berpamitan pada sang ibu sebelum ia melangkah keluar meninggalkan kedai.

Tapi baru saja ia akan menignjakkan kakinya di keluar kedai, lelaki itu terdiam sejenak. Ada yang sesuatu yang terlintas di benaknya. Ia berpikir lalu kemudian memutar badannya.

“Hyung!”

“Wae”

Sehun meletakkan mangkuk yang di gunakan Jaehyo makan ramen lima menit yang lalu di atas pencucian piring. Ia berbalik menghadap ke luar jendela yang langusng terhubung dengan pintu masuk kedai. Ia melihat Jaehyo sedang berpikir hendak ingin menanyakan sesuatu padanya.

“Sebenarnya hal ini ingin aku tanyakan padamu, Hyung. Sudah dua tahun lamanya aku tidak melihat noona yang selalu membeli ramen di kedai kita. Apakah noona itu tidak tinggal di sini lagi? Bukankah itu temanmu, Hyung?”

“Wae? kenapa kau menanyakan hal itu, eoh? Lihat! Sebentar lagi kau akan terlambat bocah”

Ucap Sehun sarkatis sembari menoleh jam dinding, mengisyaratkan bahwa sisa waktu hanya 25 menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.

Sadar. Jaehyun dengan cepat berlari mengejar keterlambatannya. Sehun hanya bisa menggeleng melihat tingkah adiknya itu. Dan—pertanyaan Jaehyun tadi—sukses membuatnya terpekur walau ia bisa menyembunyikannya.

Sehun menghela nafas panjang. Kepalanya tertunduk menatap lantai kayu kecoklatan itu. Ada getaran hebat di dalam dirinya saat ia mengingat sosok itu. Benar. Dua tahun lamanya ia tak bertemu dengan sosok itu, bahkan komunikasi di antara mereka terputus begitu saja.

Seketika bayangan masa lalu saat pertemuan pertama mereka berdua berputar bagaikan roll film yang tak bisa berhenti. Pertemuan di musim panas saat masa orientasi SMA di mulai. Dimana ia dengan tak sengaja menginjak kaca mata gadis itu sehingga membuatnya hancur. Tanpa bisa berbuat apa-apa Sehun berusaha meminta maaf dan berjanji untuk menggantikan kaca mata yang ia rusak.

Kemudian bayangannya berlanjut saat keduanya di berikan hukuman membersihkan kamar mandi bersama karena mereka terlambat menghadiri acara penerimaan siswa baru saat itu. Dan sejak itulah mereka mulai membuka sebuah percakapan sehingga berlanjut menjadi sebuah pertemanan. Saat itulah Sehun merasa bahwa gadis itu begitu istimewa baginya.

Kebahagiaan Sehun tak berlangsung lama. Ia tak mengerti apa yang telah terjadi saat itu. Ia berusaha mencari apa yang membuat gadis itu tiba-tiba menghilang tanpa memberitahu Sehun sebelumnya. Seketika kepercayaannya pada gadis itu sirna dan juga ia mengikrarkan bahwa—CINTA—itu hanyalah sebuah lelucon—bahkan sebuah kata yang menurutnya omong kosong.

***

Guru Kang memulai kelas dengan mengabsen setiap murid yang hadir. Satu persatu murid mulai angkat tangan bahwa mereka telah hadir. Mendengar nama yang ia sebut menjawab, diapun menandai nama yang di panggilnya menandakan jika orang tersebut hadir dalam pelajarannya.

“Kang Chaerin”

“Ne”

“Lee Jihyun”

“Ne”

“Choi Song Yi”

“Ne”

“Byun Baekhyun”

“Ne”

“Oh Sehun”

“…”

Tiba saat ia memanggil nama Sehun. Si empunya nama tak menyahut. Semua murid di kelas itu seakan tahu bahwa laki-laki itu kali ini tidak masuk. Bukan hal aneh dan bahkan itu adalah hal biasa bagi mereka. Guru Kang sepintas melirik ke depan memastikan bahwa Sehun berada di tempatnya, tapi percuma muridnya itu tak menampakkan batang hidungnya.

Song Yi menengokkan kepalanya kebelakang. Sehun tidak masuk lagi kali ini, ia menghela nafas pelan. Apa kali ini Sehun tidak masuk di karenakan oleh perkataannya waktu itu? Well, ia tahu bahwa waktu itu ia sangatlah keterlaluan. Tapi ia tahu Sehun bukanlah orang yang gampang menerima perkataan buruk seseorang mengenai dirinya. Bahkan dirinya tahu jika Sehun adalah orang yang selalu tidak pernah mendengarkan perkataan orang, apapun itu.

“Apa dia sakit?” gumam Song Yi pelan.

“Dasar bocah tengik” gumam guru Kang kesal pada lelaki itu. Entah cara apa lagi yang harus di gunakan untuk menghadapi anak didiknya itu. Semua perkataannya bagaikan angin lalu oleh Sehun.

“Choi Song Yi! Setelah pelajaran selesai, datanglah ke ruanganku”

Ucap guru Kang tiba-tiba yang membuat Song Yi sedikit terkejut. Kedua alis gadis itu terangkat, bingung dengan panggilan yang sangat secara tiba-tiba dari wanita paruh baya itu. Tampak terlihat rona keputus asaan dari wajah gurunya itu.

***

Gadis itu—Jung Soojung—berjalan perlahan saat kakinya menapaki taman belakang sekolah. Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat taman ini, suasana dan juga udaranya yang sejuk tak berubah, masih sama seperti dulu saat ia dan juga sahabatnya itu menemukan taman tersembunyi ini. Hamparan rerumputan hijau dan pepohonan rindang begitu ia rindukan selama dua tahun ia meninggalkan korea.

Angin yang berhembus menyapu bersih wajah gadis itu. Matanya terpejam menikmati hempasan angin yang menerpa wajahnya. Dihirupnya udara di sekelilingnya, hingga memasuki paru-parunya memberikan oksigen segar di seluruh peredaran darahnya. Sungguh suasana yang sangat ia rindukan.

Sementara itu di saat yang sama, seseorang berdiri tak jauh dari gadis itu berada. Lelaki itu memperhatikan detail setiap gerakan yang dilakukan oleh Soojung. Sebuah bibir tipis lelaki itu membentuk sebuah lengkungan. Ia tersenyum.

“Kau tahu tempat ini juga?”

Mendengar suara nyaring Baekhyun, Soojung spontan menolehkan kepalanya. Soojung memutar badannya. Baekhyun berjalan ke arahnya, sebuah kebetulan keduanya bertemu di tempat ini. Awalnya Baekhyun hanya ingin menghabiskan waktu istirahat di taman itu mengingat Sehun tidak masuk jadi ia mengambil kesempatan untuk memanipulasi tempat itu.

Soojung mengulum senyum menyambut kedatangan Baekhyun. kebetulan sekali, ia tak perlu merasa sendiri menghabiskan jam istirahat. Bukan karena ia tak mempunyai teman, Soojung memang lebih suka menyendiri. Tapi tidak di dua tahun yang lalu, saat ia masih bersama dengan sosok itu.

“Ne, aku sudah lama tahu tempat ini. Seseoranglah yang menemukan taman ini padaku”

Kini keduanya duduk di bawah pohoh besar tempat dimana Sehun selalu merebahkan tubuhnya untuk beristirahat di sana. Suara gemercik air kolam itu menambah suasana taman begitu menenangkan. Hembusan angin yang menggoyangkan rerumputan serta dedaunan, seolah mereka begitu bahagia.

“Aku kira hanya aku dan juga sahabatku saja yang tahu taman ini. Ternyata kau juga mengetahuinya”

Baekhyun terkekeh menanggapi ucapan Soojung. Ia juga tak menyangka bahwa sekolah kecil ini mempunyai taman seluas itu. Dari kalimat yang di ucapkan Soojung—seorang sahabat—apakah orang yang di maksud sahabat olehnya itu adalah Sehun? Baekhyun tampak memikirkannya walau tak sepenuhnya ia ingin tahu siapa sahabat yang gadis itu maksud.

“Tempat ini…menyimpan begitu banyak kenanganku dengannya. Di tempat inilah ia selalu menghiburku saat aku merasa kesepian”

Tanpa sadar Soojung menceritakan kenangannya itu pada Baekhyun yang baru kemarin ia mengenalnya. Entahlah, ia merasa tak keberatan menceritakannya pada lelaki itu. Pandangannya lurus kedepan memandang apa yang ada di hadapannya. Ingatannya melayang saat ia bersama sosok itu di taman ini. Mengingat semua itu membuat Soojung ingin bertemu dengannya.

Baekhyun melirik Soojung, gadis itu seperti menyimpan sebuah kepedihan di hatinya. Matanya seakan tak ingin berpaling dari paras cantik gadis itu. Kedua matanya tak berkedip menatapnya. Sosok itu seketika mucul di hadapannya saat ia melihat wajah Soojung. Ya, gadis itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya.

“Aku ingin bertemu dengannya”

“Kau pasti bertemu dengannya”

Sahut Baekhyun yang sedari tadi hanya diam mendengarkan setiap perkataan gadis itu. Baekhyun tersenyum, meyakinkan gadis itu bahwa ia tak lama lagi akan bertemu dengan sahabatnya itu. Entah keyakinan apa yang ada di dalam dirinya, jika orang di maksud Soojung adalah orang yang selama ini berada dekat dengannya.

Ya, karena yang ia tahu bahwa orang yang tahu taman ini hanyalah dirinya, Soojung dan lelaki itu—Oh Sehun. Tak salah lagi. Sahabat yang di maksud gadis itu adalah Sehun. Tapi itu bisa saja salah besar, mengingat ia tak sepenuhnya tahu siapa saja yang sebelumnya pernah bertandang ke taman ini sebelum dirinya, kan.

***

“Mwo? Kenapa harus aku, saem?”

Well, ia tak dapat membantah apa yang di tugaskan guru itu padanya. Walaupun tugas itu sangat berat untuk ia turuti. Bolehkan dia membantah kali ini?

Koyol. Ini adalah sebuah kekonyolan baginya. Bagaimana mungkin guru Kang menyuruhnya mengantarkan surat penggilan ini ke rumah Sehun? Yang benar saja!

Tak di sangka kini ia telah menginjakkan kakinya di depan sebuah kedai ramen. Di pastikan lagi catatan kecil yang ia bawa, alamat yang telah di tuliskan oleh guru Kang. Benar, ia tak salah lagi. Inilah alamat yang di tuju.

Tapi, kenapa alamat itu tertuju pada kedai ramen di hadapannya ini? Mungkinkah Sehun memiliki sebuah kedai?.

Perlahan ia berjalan memasuki kedai tersebut. Tanpa ragu ia membuka pintu itu lalu masuk ke dalam. Di lihatnya ada beberapa pengunjung di kedai itu. Di edarkannya pandangannya keseluruh penjuru kedai, mencari sosok yang ia cari.

“Selamat datang”

Song Yi terperanjat saat seseorang mengucapkan salam padanya. Suara berat itu milik Sehun, ia dengan cepat menoleh kearah sumber suara. Benar. Sehun ada di hadapannya sekarang.

“Kau…”

Gadis itu gugup. Seketika pikirannya blank begitu saja, ia bahkan lupa apa tujuannya ke tempat ini. Oh, Tuhan betapa gugupnya ia sekarang, kedua kakinya serasa melemas. Ingin rasanya ia langsung berlari saat ia berhadapan seperti ini dengan lelaki itu.

Bodoh. Kenapa ia hanya diam begitu saja sambil menggigit bibir bawahnya? Hei, Choi Song Yi kau hanya perlu memberikan surat ini padanya dan setelah itu semua urusan selasai!. Tapi kenapa rasanya begitu berat mengatakannya?

“Kau ada perlu apa kemari?”

Song Yi melongo, gadis itu mengerjapakan matanya. Kepalanya berusaha mencerna pertanyaan Sehun barusan. Ya, untuk apa ia kemari? Oh, ia baru sadar jika ia ke tempat ini di tugaskan oleh guru Kang memberikan amplop ini padanya.

“Guru Kang menyuruhku memberikan ini padamu, Sehun-ssi”

Song Yi kemudian menyodorkan amplop putih yang berisi surat panggilan dari sekolah untu Sehun. Lelaki itu lalu mengambilnya. Lega. Akhirnya ia bisa mengatakan maksud tujuannya ke tempat ini.

Gadis itu menelan ludahnya dalam-dalam saat matanya menatap wajah serius Sehun saat membaca isi surat itu. Tampan, itulah pikirnya.

“Gomawo”

DEG

Seketika jantungnya berdetak begitu cepat, aliran darahnya mengalir begitu cepat. Ada aliran listrik yang secara tiba-tiba menyerangnya saat mendengar ucapan terima kasih dari lelaki itu. Ini pertama kali ia mendengar Sehun mengucapkan terima kasih padanya. Ia sempat berpikir lelaki itu akan mengusirnya dan tidak menghiraukannya. Tapi dugaannya salah.

Ia berharap bahwa indera pendengarannya masih berfungsi dengan benar saat ini. Tanpa sadar bibirnya tertarik walau hanya sedikit dan tak terlihat.

Setelah mengucapkan rasa terima kasihnya, Sehun segera berbalik meninggalkan Song Yi. Tetapi saat ia akan melangkah, niatnya terhenti saat gadis itu memanggilnya. Tanpa berbalik dan menatap Song Yi, Sehun hanya diam menanti apa yang akan di ucapakan oleh gadis itu.

“Sehun-ssi…aku minta maaf atas perkataanku waktu itu. Aku tak bermaksud membuatmu sakit hati”

“Aku tahu”

Song Yi menghela nafas untuk kesekian kalinya. Jawaban Sehun yang begitu singkat membuatnya sedikit berpikir jika Sehun menyimpan sesuatu yang ia tak tahu itu apa. Tapi, setidaknya ia sudah merasa senang Sehun tak memperlakukan dirinya seperti biasanya.

Apakah sikap lelaki itu berebeda jika di luar sekolah?

***

“Hyung. Bolehkah aku mengambil anak anjing itu lagi?”

“Shiroo!”

“Ayolah Hyung, aku ingin memeliharanya. Hanya anjing itu temanku jika aku kesepian”

“Jika kau kesepian carilah teman. Jangan kau menutup dirimu seperti itu, jika kau bisa mendapatkan teman di sekolahmu yang dulu kenapa kau tidak mudah mendapatkan teman di sekolah barumu, huh?”

Baekhyun menghela napas berat. Perkataan kakaknya itu sungguh membuatnya ingin melempar remote tv yang ada di genggamannya itu ke wajah pria yang duduk tak jauh darinya. Menurutnya orang-orang yang ada di sekolah itu tidaklah semenarik teman-temannya di sekolahnya terdahulu. Entah, apa yang membuatnya berpikir seperti itu.

Jika saja ia bisa lebih membuka diri pada orang di sekelilingnya, tentu pandangannya tidak akan seperti itu. Apa yang ia lihat belum tentu sama dengan apa yang di pikir olehnya. Tapi hanya seseorang yang menurutnya menarik hatinya. Seorang perempuan yang tiga hari lalu di kenalnya. Jung Soojung.

“Jika kau ingin aku menginjinkanmu untuk membawa anak anjing itu kembali. Carilah seorang teman, dan kau bisa membawa anjing itu kembali”

Baekhyun mendesah. Kalau saja waktu itu ia tidak benar-benar membuang anjing itu tentu ia tidak akan mendapat syarat bodoh itu. Lagi pula saat ia membuang anjing itu sang kakak mengawasinya hingga ia tak bisa melakukan itu.

Bodoh! Kenapa saat itu ia tidak bisa melihat wajah orang yang telah memungut anjing itu. Kalau ia tahu, bisa saja ia sewaktu-waktu menemui anjingnya itu kan.

Sementara itu di saat yang sama. Song Yi baru selesai memberi makan anak anjing yang tempo hari di temukannya. Ia mengusap-usap lembut bulu putih anjing itu.

“Jika suatu saat aku menemukan orang yang telah membuangmu, akan kau cincang-cincang tubuhnya karena telah menelantarkan anjing lucu sepertimu”

***

Baru saja sehari tidak masuk sekolah lelaki itu mmerasa rindu dengan taman ini. Sehun yang memutuskan untuk ke sekolah setelah memastikan sang ibu baik-baik saja. Sebenarnya ia tak ingin meninggalkan ibunya untuk bekerja sendiri, tapi sang ibu terus memaksanya untuk ke sekolah.

Matanya terpejam menikmati hamparan angin yang menyapu bersih wajahnya. Perasaan tenang ia rasakan pada dirinya.

“Lama tidak jumpa, Sehun-ah..”

Suara itu..

Lelaki itu terbangun. Suara itu menyadarkannya dari mimpi. Suara lembut seorang gadis yang tak asing lagi baginya.

Wajah itu..

Senyum tu..

TO BE CONTINUED

Thanks yang udah bersedia membaca FF ini sampai tuntas^^ so tunggu lanjutannya minggu depan.

Annyeong #bow#

Penulis:

nothing impossible this world, so make it happen and dream come true hhtp://redbabystorie.wordpress.com

28 tanggapan untuk “The Sun Flower // Part 2

  1. aku suka ceritanya ini loh thor, tapi sebenernya aku agak gademen sma penjelasan author yang fokus nya itu sekarang ke soojung, padahal aku pikir uda bagus fokusnya itu ke song yi.

    terus untuk pemeran utamanya aku lebih dukung song yi thor hehhehe, bukan apa” sih tapi yahh… seru lah gitu. tapi pas aku liat komen author ternyata author memutuskan buat 2 main cast padahal song yi lebih cocok, lebih dapet fil:(( main castnya itu song yi aja ya thor ya ya ya ya ya ya ? iyadong *maksa

    kapan dilanjutinnya nih ? katanya satu minggu sekali :(( sedih nih thor

    POKOKNYA LANJUT LANJUT LANJUT HUH CEBEL 😦 CAPSLOCK JEBOL WKWKWKWKWK

  2. Aaaaaaah makin seru thor
    Tapi aku sedih gitu pada focus ke soojung.
    Emang gak ada diantara sehun atau baekhyun yg suka sana song yi? Ckck kesian kan song yi.
    Hehe btw semangat ya thoor next nya jangan lama lama fighting!!!

    1. nama” di critanya ini aku ga tw klo itu nama” artis bneran krna wktu aku buat critanya q asal comot aja nama” korea yg aku tw hehehehe
      gomawo 😀

Your Comment Please